Soloraya
Senin, 18 Juli 2022 - 12:46 WIB

Sejarah Pabrik Gula Mojo Sragen, 1 dari 3 PG di Soloraya Yang Bertahan

Muh Khodiq Duhri  /  Riska Oktavia  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pencinta sepeda lipat tiba di Pabrik Gula PG Mojo dalam kegiatan Jelajah Sukowati, Minggu (12/1/2020). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Pabrik Gula (PG) Mojo di Sragen menjadi salah satu pabrik gula tertua di Indonesia. PG Mojo menjadi satu dari tiga PG di Soloraya yang masih bertahan dan beroperasi.

Dua lainnya adalah PG Tasikmadu di Karanganyar dan PG Gondang Winangun di Klaten. Sisanya sudah hilang ditelan peradaban.

Advertisement

Di Sragen sendiri sebelumnya ada pabrik gula selain PG Mojo, yakni PG Kedungbanteng. Namun, pabrik gula di Kecamatan Gondang itu sudah lama tak beroperasi lagi.

Sebagai salah satu pabrik gula dengan usia yang cukup tua, PG Mojo yang terletak di Jl Kyai Mojo No 1 Sragen Kulon, Sragen, mencatatkan sejarah panjang

Advertisement

Sebagai salah satu pabrik gula dengan usia yang cukup tua, PG Mojo yang terletak di Jl Kyai Mojo No 1 Sragen Kulon, Sragen, mencatatkan sejarah panjang

PG Mojo dibangun pada 1883 oleh perusahaan Hindia Belanda yang kala itu berpusat di Den Haag dan Semarang, pabrik gula ini terletak di Desa Mojo, Kabupaten Sragen.

Baca Juga: Ini Dia Makam Tertua dan Terluas di Sragen

Advertisement

Alasan dibangunnya PG Mojo berawal pada masa tanam paksa yang dilakukan oleh Hindia Belanda pada awal tahun 1802. Saat itu, Indonesia diharuskan untuk menyerahkan 1/5 tanahnya guna ditanami komoditi tertentu seperti tebu.

Kebijakan tanam paksa atau Culturstelsel yang dikeluarkan Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada 1830 melatarbelakangi pendirian PG Mojo. Tujuannya mengeruk kekayaan alam Indonesia.

PG Mojo memulai proses giling pertamanya pada 1885. Seiring berjalannya waktu, pada 1959 pengelolaan PG Mojo Sragen diambil alih pemerintah dan hingga kini PG Mojo berada di bawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).

Advertisement

Baca Juga: Sejarah Gerbong Jenazah di Alkid Solo, Ternyata Baru Dipakai Sekali

Pada zaman dulu, pabrik ini memiliki ladang tebu yang tersebar pada berbagai tempat di penjuru Kabupate Sragen, seperti Tangkil, Masaran, Sine, Bengak, Terik, Puro, Pilangsari, Sidoharjo, Bulu, dan lain sebagainya.

Dahulu, dalam menjalankan usahanya, PG Mojo menggunakan jaringan kereta lori pengangkut tebu yang memiliki jalur kereta (decauville) dengan panjang puluhan kilometer. Jalur kereta ini terhubung dengan berbagai kebun tebu yang ada di Sragen.

Advertisement

Di sekitar komplek pabrik gula juga terdapat dua makam yang diduga milik Mbah Paleh dan Mbah Krandah. Makam tersebut dijadikan tempat ziarah saat upacara Cembengan, sebuah tradisi yang digelar sebelum proses giling tebu.

Meskipun tidak sejaya dulu lagi, peninggalan-peninggalan PG Mojo, seperti puing-puing lori pengangkut dan peninggalan bersejarah lainnya masih banyak dijumpai pada berbagai tempat yang ada di Sragen.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif