Soloraya
Jumat, 12 Juni 2020 - 11:53 WIB

Sejarah Pandeyan Ngemplak Boyolali Dulu Pusatnya Pandai Besi

Bayu Jatmiko Adi  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kantor Kepala Desa Pandeyan, Ngemplak, Boyolali. (Solopos- Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI -- Pandeyan merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Pandeyan berbatasan dengan desa lain di Kecamatan Ngemplak Boyolali, yakni Donohudan, Sawahan, dan Kismoyoso. Pandeyan juga menjadi salah satu desa yang dilewati jalur tol Trans Jawa dan jalur Kereta Api Bandara.

Advertisement

Dari cerita sejarah, Pandeyan ternyata merupakan pusat pande atau pandai atau penempa besi di sekitar tahun 1930.

Cerita itu disampaikan Kepala Desa Pandeyan, Ngemplak, Boyolali, Dwi Purboyono, saat ditemui solopos.com di kantornya belum lama ini. Dia mengatakan cerita tersebut juga didapatkan dari para sesepuh desa.

Polisi Selidiki Kasus Pemuda Meninggal Tersayat Benang Layangan di Mojosongo Solo

Advertisement

Awal mula munculnya nama Desa Pandeyan terjadi sekitar tahun 1931. Saat itu pemerintahan dikendalikan seorang bekel yang merupakan sesepuh dusun. Jika disamakan zaman sekarang, bekel kedudukannya setara dengan kepala desa.

Bekel di Pandeyan saat itu mempunyai bawahan yang disebut demang. Demang pun memiliki bawahan yang disebut jagabaya.

Namun tidak seperti saat ini di mana pusat pemerintahan desa menetap. Saat itu masih berpindah-pindah dari dusun ke dusun, disesuaikan dengan asal-usul atau kediaman bekel yang menjabat. Sebab saat itu belum memiliki kantor atau balai desa yang tetap.

Advertisement

2 Orang Meninggal Akibat Demam Berdarah di Boyolali

Diketahui saat itu nama bekel yang menjabat adalah H. Awandi. Saat itu, setiap dua hari sekali bekel memerintahkan masyarakatnya untuk membuat saluran air dan jembatan.

Untuk melakukan kegiatan itu masyarakat membutuhkan peralatan seperti cangkul, sabit, cetok dan sebagainya. Untuk itu warga setempat memiliki gagasan untuk membuat peralatan sendiri.

Pembuatan Cangkul

Secara berkelompok, warga pun mulai melakukan aktivitas menempa besi, atau menjadi pandai besi. "Jadi dulunya merupakan sentra pembuatan cangkul dan sebagainya, atau pusat pandai besi," kata Dwi kepada

Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif