SOLOPOS.COM - Tim juri memeriksa dan mencoba produk pasta kapur batik atau Pak Purba saat penjurian Lomba Krenova di Aula Oproom Sekretariat Daerah Sragen, Selasa (21/6/2022) lalu. (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah gencar mendorong lahirnya inovasi dan kreasi baik dari masyarakat guna mendorong perekonomian dan yang lebih utama dari pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan publik. Berawal dari situ pemerintah menginisiasi adanya lomba Kreativitas dan Inovasi atau disingkat Krenova.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Lomba Krenova adalah sebuah kompetisi yang diadakan di Indonesia untuk mendorong dan menghargai kreativitas serta inovasi di berbagai bidang. Lomba ini melibatkan peserta dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, peneliti, inovator, dan pengusaha.

Lomba Krenova telah menjadi ajang bergengsi di Indonesia sejak tahun 2002, dan diadakan setiap tahun oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Tujuan utama dari lomba ini adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan potensi inovatif di kalangan masyarakat Indonesia.

Dalam Lomba Krenova, peserta diharapkan untuk mengajukan ide-ide inovatif dan kreatif yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan teknologi, bisnis, sosial, atau lingkungan. Ide-ide ini dievaluasi oleh juri yang terdiri dari pakar dan praktisi di bidang terkait, dan peserta yang memiliki ide terbaik akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan.

Lomba Krenova juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengembangkan ide-ide mereka menjadi produk nyata atau bisnis yang sukses. Selain itu, para peserta juga memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan sesama inovator dan pemangku kepentingan di acara-acara terkait.

Lomba Krenova telah berhasil menghasilkan banyak ide-ide inovatif yang kemudian diimplementasikan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Lomba ini juga telah memberikan dorongan bagi pengembangan ekosistem inovasi di Indonesia dan mendorong generasi muda untuk terus berinovasi.

Lomba Krenova itu kemudian diadopsi oleh banyak pemerintah daerah. Pemkab Sragen menjadi salah satu pemerintah daerah yang menaruh perhatian besar pada Lomba Krenova. Tiap tahun, lomba ini diikuti puluhan peserta dari berbagai kalangan hingga menghasilkan puluhan inovasi dan karya kreatif baru yang beberapa di antaranya sudah diaplikasikan.

Sejarah Lomba Krenova Sragen dimulai pada 2014 lewat ajang lomba tingkat Soloraya atau Sobosukawonosraten (Solo, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten).  Lomba Krenova tingkat Soloraya itu hanya untuk pelajar SMA/SMK atau sederajat dan umum. Sementara Lomba Krenova di Sragen menjaring inovasi mulai dari para pelajar SMP/MTs. Tujuannya agar kreativitas dan inovasi bisa lahir sejak dini.

Perjalanan sejarah Lomba Krenova di Sragen diungkapkan Analis Bidang Riset dan Inovasi Badan Perencanaan, Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Sragen, Yuliyanto Teguh Haryono, Rabu (21/6/2023). Yuli, sapaannya, mengatakan Sragen mulai ikut Lomba Krenova saat ada penjaringan tingkat Soloraya pada 2014. Saat itu ruang lingkupnya masih pelajar SMA/SMK sederajat.

“Penjaringannya untuk lomba tingkat Sobosukowonosraten dulu. Setelah itu baru ikut ke ajang tingkat provinsi. Saat itu di tingkat kabupaten belum dianggarkan,” katanya.

Kemudian baru pada 2015, Pemkab Sragen mulai mengalokasikan anggaran untuk menggelar Lomba Krenova tingkat kabupaten. Sejak 2015 itu, tren peserta lomba meningkat karena seluruh SMA/SMK se-Kabupaten Sragen ikut. Pada 2017 mulai ada dua kategori, yakni kategori pelajar dan kategori umum. Mulai 2018 hingga sekarang, penjaringan inovasi dimulai dari jenjang SMP sederajat.

“Dulu itu tim jurinya dari kalangan PNS [pegawai negeri sipil], seperti dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tenaga Kerja, dan seterusnya. Jumlah jurinya lima orang. Saya melihat proses penjurian tidak maksimal. Mulai 2017, tim juri diambilkan dari luar dinas Kabupaten Sragen dengan komposisi kepakaran bidang pertanian dan pangan, teknik, teknologi informasi, pengusaha, dan media,” jelas Yuli.

Juara Tingkat ASEAN

Pada 2017, jumlah jurinya tetap lima orang sesuai kepakarannya sampai sekarang. Saat itu tim juri dari kepakaran teknologi informasi diambilkan dari PNS Kominfo, yakni Dwiyanto. Komposisi juri itu, berlangsung sampai 2018 dan mulai 2019 posisi Dwiyanti digantikan Budi Yuwono dari Diskominfo, kemudian 2021 juri dari PNS Diskominfo dilepas dan diambilkan dari kepakaran dari UNS.

“Mulai 2021 itu semua inovasi masuk dalam aplikasi Si Risma (Sistem Informasi Riset Pemerintah dan Masyarakat). Sebelum 2021, proposal inovasi disampaikan secara manual. Jadi setiap juri masih membawa setumpuk proposal yang harus diteliti satu per satu,” kata Yuli.

Sragen tetap menjaring inovasi dari SMP sederajat, kendati Lomba Krenova Provinsi Jateng hanya menjaring pelajar SMA. Ketika juara I Krenova Sragen dimenangi pelajar SMP, maka yang maju ke tingkat Provinsi Jateng itu guru pendampingnya.

“Bahkan aturan terbaru 2023 dari Provinsi Jateng, peserta Lomba Krenova minimal berusia 17 tahun,” katanya.

Kabid Riset dan Inovasi Bapperida Sragen, Agus Suwondo, menambahkan, sepanjang sejarah Krenova di Sragen, ada pemenang Krenova yang bisa tembus sampai juara nasional, bahkan menjadi juara III dalam ajang ASEAN India Grassroots Innovation Competition 2018.

Wondo, sapaannya, mengungkapkan inovasi itu berupa alat penggorengan antikolestaerol yang diberi nama Profry buatan guru honorer SMAN 1 Plupuh, Sragen, Rina Widyawati dan Niken Tantiningtyas, pada 2017 lalu.

“Bu Rina itu dulunya juga peserta Lomba Krenova tingkat Kabupaten Sragen pada 2017 hingga lolos sampai juara nasional dan juara ASEAN. Masih dari SMAN 1 Plupuh, ada guru PNS yang bisa membuat telur asin hanya dalam waktu 3 jam memalui manipulasi tekanan osmotik. Inovatornya Pak Joko Susilo. Dulu juara Krenova Sragen juga. Inovasinya sudah dihilirisasi ke 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah,” katanya.

Dia mengatakan bahkan Rina mendapatkan fasilitasi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dengan bantuan dana sampai Rp450 juta. Dia pernah difasilitasi menjadi tenant di Ganesha Techo Park Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya