SOLOPOS.COM - Kondisi bangunan Sasana Mulya di kompleks Keraton Solo, Jumat (5/1/2024). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO—Masih berada di kompleks Keraton Solo terdapat bangunan bersejarah bernama Ndalem Sasana Mulya. Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo. Kini bangunan tua itu kondisinya hampir roboh.

Sasana Mulya terdiri atas dua bangunan utama yang berbentuk Joglo dan Lodjen gaya eropa. Pada banguan Lodjen tersebut biasa dipakai oleh pangeran Keraton. Bangunan Joglo tampak rusak parah dan dipasangi garis kuning. Bahkan atapnya disangga dengan bambu agar tidak segera roboh.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kondisi itu memprihatinkan lantaran Sasana Mulya, selain merupakan cagar budaya, juga menjadi saksi banyak peristiwa sejarah. Bagunan itu juga menjadi tempat para seniman belajar dan mengembangkan karya seni.

Menurut catatan Kerabat Keraton Solo, RM. RP. Restu Budi Setiawan, Sasana Mulya sempat digunakan sebagai titik kumpul atau basecamp pembangunan Keraton Solo untuk kali pertama.

Artinya bangunan itu sebetulnya sudah ada sebelum Boyong Kedaton atau kepindahan Keraton dari Kartasura ke Solo, pada 17 Februari 1745.

“Jadi sebelum pembangunan kompleks inti keraton, itu kan memerlukan satu tempat yang digunakan untuk berkoordinasi lapangan, nah itu di situ, di tanah yang sekarang didirikan Sasana Mulya,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (10/1/2024).

Seiring waktu, Sasana Mulya kemudian digunakan sebagai tempat tinggal pangeran Keraton Solo. Restu menjelaskan dulunya pernah digunakan sebagai tempat tinggal K.G.P.H. Hangabehi yang kemudian menjadi Pakubuwana XI.

“Pada zaman Pakubuwono XII, Sasana Mulya itu dipakaikan kepada K.G.P.H. Hangabehi putra Pakubuwono XII, namun oleh beliau dialihkan kepada adiknya yakni K.G.P.H. Dipokusumo yang menempati Lodjen,” kata dia.

Lebih dari itu, fungsi lain dari Sasana Mulya Keraton Solo yakni sebagai rumah duka atau tempat berkabung para keluarga kerajaan yang meninggal sebelum dimakamkan di Imogiri. Tidak hanya putra-putri raja, para selir pun juga disemayamkan terlebih dahulu di Sasana Mulya.

Rumah pahargyan merupakan tempat bagi keluarga inti mengadakan hajat seperti pernikahan. Upacara panggih, krobongan, dan resepsi dilaksanakan di ndalem sasana mulya sejak zaman Republik.

“Kalau zaman dulu, pernikahan itu dari dalam keraton menuju ke Kepatihan, mengingat Kepatihan itu sudah rusak atau sudah dibumihanguskan pada Agresi Militer II 1949, makam untuk ritual upacara adat pernikahan dipindah ke Ndalem Sasana Mulya,” kata dia.

Jika diselisik sekitar Sasana Mulya terdapat bangunan lain di samping kiri dan kana. Menurut Restu, rumah tersebut merupakan Tungon. Dulunya rumah-rumah itu ditempati oleh para abdi dalem Keraton Solo dan abdi dalem pangeran yang tinggal di Sasana Mulya.

“Pada masa kini, rumah-rumah tersebut didiami oleh orang-orang yang sekarang sudah tidak mengabdi kepada Keraton,” kata dia.

Sasana Mulya juga menjadi saksi bisu lahirnya para seniman berbakat di Kota Solo. Sebab tempat itu pernah digunakan untuk Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Solo yang didirikan pada 15 Juli 1964. ASKI merupakan cikal bakal Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang kini berada di Jebres, Solo.

“Jadi dulu Sasana Mulya adalah kampus tempat dimana pendidikan kesenian itu dikembangkan untuk masyarakat umum,” kata dia.

Keberada ASKI juga menandai kesenian Keraton yang adiluhung bisa dipelajari dan dinikmati oleh orang kebanyakan. Hal itu atas kebijakan Pakubuwana XII bahwa kesenian Keraton semestinya menjadi warisan budaya bangsa yang mana masyarakat harus turut serta melestarikan.

Seniman dan Budayawan kawakan asal Solo, Sardono W. Kusumo menjadi salah satu saksi kegiatan kesenian di Sasana Mulya. Dia sempat bersinggungan langsung dengan aktivitas kesenian di ASKI.

“Saya kan dulu menyaksikan ASKI di situ, saya sering punya aktivitas di ASKI. Banyak kegiatan, dan saya banyak karya baru dan diundang untuk dimainkan di situ,” kata dia ketika ditemui di Masdon Art Center, Senin (8/1/2024).

Dia juga prihatin dengan kondisi Sasana Mulya yang rusak parah. Dia berharap bangunan tua itu segera diperbaiki oleh pemerintah setempat. 

“Ya harusnya siapapun yang memiliki sarana dan memiliki kewajiban untuk menyelamatkan warisan budaya ya harus turun tangan, apakah pemerintah ataukah dinas ya itu jadi urusan mereka,” kata dia.

Menurutnya kalau bangunan seperti Sasana Mulya sampai rusak dikhawatirkan akan kehilangan pengetahuan tentang gaya arsitektur pada masa lalu yang tergambar dari setiap komponen bangunan. 

“Miris, kalau itu rusak kan kita kehilangan pengetahuan untuk bisa menciptakan arsitektur itu prosesnya panjang, ratusan tahun, kalau itu tidak dilihat sebagai pengetahuan kerugiannya luar biasa. Ada pengetahuan tentang simbol di situ ada pengetahuan teknologi,” kata dia.

Dia berharap Sasana Mulya bisa kembali ke fungsi awalnya sebagai tempat lahirnya karya seni atau tempat belajar kesenian. Lalu tetap bisa menjadi bagian penting dari Keraton Solo. “Kalau itu direvitalisasi kan fungsinya pasti muncul,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya