SOLOPOS.COM - SPBU Andong, di Kecamatan Andong, Boyolali. SPBU pertama di Boyolali ini sudah direlokasi. (Istimewa/facebook SPBU Andong).
Solopos.com, BOYOLALI — Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Boyolali kali pertama berdiri pada 1989 di Bangak, Jalan Solo-Semarang, tepatnya di timur Terminal Bangak sebelah utara jalan.
Manager Pengawas SPBU Andong, Gunadi, menceritakan lokasi bekas SPBU pertama sudah menjadi tanah kosong setelah SPBU tersebut direlokasi di Kecamatan Andong pada 2011.
Menurut Gunadi, pada 2011, jarak antar SPBU di Jalan Solo-Semarang terlalu dekat dan secara bisnis kurang menguntungkan, Akhirnya SPBU pertama di Boyolali harus pindah di Kecamatan Andong.
“Terus 2011 relokasi ke Andong, jadinya SPBU Andong tapi nomornya tetap 01 [nomor digit akhir pada SPBU],” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (12/12/2022).
“Terus 2011 relokasi ke Andong, jadinya SPBU Andong tapi nomornya tetap 01 [nomor digit akhir pada SPBU],” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (12/12/2022).
Gunadi menjelaskan SPBU pertama di Boyolali yang saat ini bernama SPBU Andong dikelola secara penuh oleh swasta dengan kerja sama dengan pertamina, atau SPBU jenis dealer owned dealer operated (Dodo).
Baca juga: Fasilitas Wah, Terminal Mangkang Semarang Juga Jadi Mal Pelayanan Publik
Karena Gunadi mulai menjadi bagian SPBU pada 2004. Sementara, pada 2004, produk SPBU pada masa itu meliputi premium, solar, dan pertamax.
“Produk pertama itu masih premium, solar, premix mungkin ya, saya kurang paham, karena saya masuk di SPBU 2004. Kalau 2004, produknya premium, solar, pertamax sudah ada,” kata dia.
Saat ditanya terkait harga, Gunadi menjawab agar mengecek di internet saja. Gunadi mengatakan perubahan harga tercatat di internet dari tahun ke tahun. Kemudian, Gunadi menceritakan kisaran liter yang terjual per harinya di SPBU pertama, pada 2004.
“Pada 2004, omzet premium saya bisa menjualkan premium 12 kilo liter [sehari], terus solarnya delapan kilo liter. Pertama paling saat itu satu sampai dua kilo liter,” kata dia.
Baca juga: Supermegah! Ada Lapangan Futsal hingga Hall di Atap Terminal Tirtonadi Solo
Gunadi menceritakan, pada waktu itu, pembeli premium dari kalangan sepeda motor dan mobil. Sementara untuk solar kebanyakan dari kalangan bus. “Pembeli sama, ada sepeda motor, mobil, kalau dulu kebanyakan malah bus kalau solar,” terangnya.
Para pembeli dulunya, kata Gunadi, untuk membeli BBM cukup dibebaskan. Pembeli bisa beli BBM pakai botol, jeriken, dan lainnya. “Kalau dulu masih jadul, pakai botol boleh, pakai jeriken kecil boleh, pakai botol aqua, begitu. kami dari SPBU juga seragamnya masih aneh-aneh,” kata dia.
Seragam para petugas SPBU pada waktu itu juga masih beragam. Tidak ditentukan, kata Gunadi, jadi masing-masing SPBU bisa berbeda-beda seragamnya.
“Belum ada seragam yang sesuai standard dari pertamina. Jadi seragamnya dari SPBU satu dengan lainnya bisa dibilang beda,” kata dia.
Saat lambang pertamina masih kuda laut, kata Gunadi, seragamnya kebanyakan biru kemudian pakai logo dengan lambang kuda laut. Sambil bernostalgia, Gunadi menceritakan para petugas bisa mengenakan sandal saat melayani pembeli.
Baca juga: Terminal Induk Jati Kudus Sepi Terimbas Pandemi-19
“Bahkan masing pakai sandal, dah biasa lah dulu,” ucapnya. Kemudian, penyeragaman mulai dilakukan saat masuk sistem Pasti Pas, pada 2007. Sistem pengelolaan SPBU semakin diperbarui.
Sementara, staf SPBU Mojosongo, Joko membenarkan SPBU pertama di Boyolali adalah SPBU Andong yang sebelumnya terletak di Bangak, Jalan Solo-Semarang. Kemudian disusul SPBU kedua di Kecamatan Sawit, SPBU ketiga di Kecamatan Ampel, dan SPBU keempat di Kecamatan Mojosongo.
“Untuk urutan pembangunan SPBU bisa dilihat digit terakhirnya,” kata dia.