SOLOPOS.COM - Sejarah supit urang solo tidak lepas dari strategi Keraton Solo. (Istimewa/Surakarta.go.id)

Solopos.com, SOLO–Sejarah supit urang Solo tidak lepas dari peranan Keraton Solo. Jalan yang mirip lorong karena diapit tembok-tembok besar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini menjadi pintu masuk utama menuju Kori Kamandungan.

Bagi sebagian warga Solo dan wisatawan yang sering berkunjung ke Keraton Solo sudah tidak asing lagi. Saat dari Alun-alun utara menuju Kori Kamandungan, maka akan menuju sebuah lorong yang makin menyempit, sehingga karena lebar jalan yang sempit, maka ruas jalan supit urang itu dibuat satu arah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Dikutip dari Surakarta.go.id, Senin (10/7/2023), sejarah Supit Urang itu tidak lepas dari arti itu sendiri. Dalam bahasa Jawa supit berarti jepit atau penjepit. Sedang urang yakni udang. Mengapa jalan itu dibentuk seperti penjepit udang, karena tidak lepas dari strategi perang prajurit keraton Solo saat ini melawan musuh.

Sejarah Supit urang Solo ini, yakni strategi yang digunakan berupa bila musuh akan masuk dalam keraton, mereka akan terjebak di areal Supit Urang yang sempit dan tembok. Sehingga musuh akan dengan mudah diserbu dan melemah, karena terjebak dalam lorong yang sempit dan tak ada jalan keluar. Sementara pasukan keraton yang sudah mengepung dari dua arah, lebih mudah mematahkan serangan musuh.

Musuh yang terjepit, hanya bisa masuk ke keraton dengan menaiki tembok. Dengan menaiki tembok hal itu sangat menyulitkan musuh untuk masuk.

Bila sudah masuk ke areal keraton, pasukan keraton juga sudah bersiap, sehingga tidak mungkin musuh bakal selamat lagi. Maka musuh menjadi santapan empuk para prajurit keraton.

Sebetulnya, sejarah supit utang Solo ini juga menjadi salah satu strategi taktik pernah yang dilakukan Jenderal Besar Sudirman yang saat menjalankan taktik itu masih berpangkat kolonel. Ketika berperang melawan sekutu di Ambarawa pada Desember 1945.

Hampir sama dengan strategi yang dilakukan oleh prajurit Keraton Surakarta Hadiningrat, strategi Supit Urang di Ambarawa memancing pasukan sekutu untuk berkumpul di tengah medan perang.

Namun, pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang pada waktu itu dipimpin oleh Kolonel Sudirman mengepung dari dua arah dan berlapis. Pasukan sekutu menjadi terkepung dan terjepit dengan strategi perang pasukan Sudirman yang cepat dan serentak. Melalui taktik Supit Urang ini, akhirnya pasukan Sudirman berhasil melumpuhkan musuh dan sekutu mengakui kekalahan pada peristiwa perang di Ambarawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya