SOLOPOS.COM - Perajin saat memproses kerajinan logam Tumang Gunungsari, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Selasa (10/1/2023). Penamaan nama Tumang berasal dari tempat pembakaran mayat, patumangan, dan hantu kemamang. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Suara mesin gerinda dan martil beradu dengan logam tembaga dan kuningan terdengar di hampir setiap rumah sekitar Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali pada Selasa (10/1/2023) siang.

Maklum, lokasi tersebut merupakan pusat pembuatan kerajinan logam yang lebih dikenal dengan Tumang dibandingkan nama administratifnya yakni Desa Cepogo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hal tersebut diakui oleh Kepala Desa (Kades) Cepogo, Mawardi. Lelaki yang akrab disapa Dipo tersebut menceritakan terkait awal mula penamaan dusun Tumang tak terkait dengan kerajinan logam.

Akan tetapi, asal usul penamaan Tumang, kata dia memiliki dua versi yaitu  berasal dari hantu kemamang dan tempat pembakaran mayat bernama patumangan.

“Kalau yang hantu kemamang itu kaitannya dengan mistis. Jadi hantu itu semacam api, apinya bisa membelah jadi dua, dua jadi empat, empat jadi delapan, dan kelipatannya. Kemudian ada juga patumangan yang artinya tungku, itu tempat pembakaran mayat,” jelasnya saat ditemui di Balai Desa, Selasa.

Ia menjelaskan, pada waktu itu mayoritas masyarakat menganut agama Hindu, sehingga terdapat upacara pembakaran mayat seperti Ngaben di Bali.

Lebih lanjut, terkait pendiri Dukuh Tumang, lanjut dia, tak bisa terhindarkan dari perjalanan Kyai Rogosasi atau Ki Ageng Rogowulan.

Dipo menceritakan awalnya Kyai Rogosasi merupakan putra pertama dari Amangkurat I dan permaisuri Ratu Labuhan. Akan tetapi, karena Kyai Rogosasi terlahir tidak sempurna, akhirnya ditukarkan.

Rogosasi kemudian diasingkan dan dijauhkan dari kehidupan kerajaan. Dipo menjelaskan akhirnya Kyai Rogosasi hidup bersama Kyai Kajor di lereng Gunung Merapi. Kemudian berganti-ganti guru, akan tetapi Rogosasi semasa hidupnya selalu belajar ilmu agama.

Selanjutnya, ungkap Kades Cepogo, Rogosasi mendirikan pemukiman sekaligus pakuwon yang saat ini daerah tersebut dikenal dengan nama Dusun Tumang.

“Kalau yang awal mulanya Tumang itu ya sekitar kantor desa ini, itu yang Tumang. Sekitar sini,” jelasnya.

Awal Mula Sentra Kerajinan Logam

Dipo bercerita semasa masih memerintah, Amangkurat I mengirimkan seorang ahli keris, Empu Supandrio, ke pemukiman Kyai Rogosasi. Empu Supandrio diberikan misi untuk mencari keberadaan dan kebenaran adanya Kyai Rogosasi.

Jika benar bertemu dengan Kyai Rogosasi, Empu Supandrio dilarang untuk kembali ke istana dan diminta mengabdi kepada Kyai Rogosasi.

Setalah tinggal bersama warga Dukuh Tumang, jelas Dipo, keahlian Empu Supandrio membuat senjata seperti keris, tombak, dan lain-lain tidak terpakai.

Kemudian, Empu Supandrio tidak lagi membuat senjata. Akan tetapi membuat peralatan rumah tangga. Ia pun kemudian menularkan keahliannya kepada masyarakat sekitar.

“Untuk waktu Empu Supandrio ke sini kapan, saya tidak tahu pastinya, tapi yang jelas semasa Amangkurat I jadi sekitar 1619 – 1977,” ujarnya.

Lebih lanjut, masyarakat di Tumang akhirnya memiliki keahlian membuat alat-alat masak rumah tangga.

Menurut Dipo, nama Tumang akhirnya lebih dikenal dibanding Desa Cepogo karena sudah menjadi khas tersendiri.

“Jadi ketika orang mendengar nama Tumang itu langsung ke sentra kerajinan logam. Sebenarnya waktu itu ada tiga kerajinan di sini, kerajinan tembaga belum sampai kuningan. Itu namanya kerajinan sayangan, membuat alat rumah tangga. Kemudian kerajinan batik, dan kerajinan kemasan atau membuat perhiasan dari emas,” jelas Dipo.

Seiring waktu berjalan, ungkap Kades Mawardi, kerajinan batik dan kemasan menjadi hilang. Tinggal kerajinan sayangan atau membuat alat rumah tangga dari tembaga yang masih bertahan.

Selanjutnya, sekitar 1980-an produk tersebut tersaingi dengan produksi alat rumah tangga dari pabrik yang berbahan aluminium.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya