Soloraya
Jumat, 9 September 2022 - 23:37 WIB

Sejarawan Solo Ungkap Makna Gunungan Sekaten sebagai Akulturasi Islam dan Hindu

Gigih Windar Pratama  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemeriahan Grebeg Maulud untuk memperingati hari lahir atau maulid Nabi Muhammd SAW di Kota Solo. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Acara puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Solo ditandai dengan adanya kirab gunungan atau Grebeg Maulud yang merupakan bagian dari budaya Sekaten Solo.

Nantinya, gunungan tersebut dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar dan dipercaya gunungan tersebut akan memberikan berkah. Budaya gunungan adalah bagian tidak terpisahkan dari acara Sekaten, namun bukan hanya sebagai momen puncak dari perayaan Maulid Nabi.

Advertisement

Gunungan juga merupakan akulturasi budaya Islam dan Hindu yang menyatu selama ratusan tahun. Gunungan dianggap sebagai perwujudan Ketuhanan yang tinggi.

Dosen Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung Wahadi Sutirto, menjelaskan gunungan tidak terpisahkan dari acara Sekaten dan merupakan simbol akulturasi antara budaya Islam dan Hindu.

Advertisement

Dosen Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung Wahadi Sutirto, menjelaskan gunungan tidak terpisahkan dari acara Sekaten dan merupakan simbol akulturasi antara budaya Islam dan Hindu.

Menurut Tundjung, wujud gunungan dalam tradisi Sekaten merupakan stilisasi dari gunung yang dalam pandangan Hindu (kejawen) melambangkan tempat yang suci.

Baca Juga: Tak Hanya Pasar Malam, Grebeg Maulud juga Digelar di Sekaten Keraton Solo

Advertisement

Lebih lanjut, Tundjung menjelaskan terkait budaya Grebeg Maulud atau Sekaten berawal sejak era Kerajaan Islam di Demak. Selain itu ada dua makna filosofis dua gunungan saat acara Sekaten di Keraton Solo.

Gamelan Sekaten

“Ada dua visualisasi gunungan dalam Sekaten. Itu merupakan penggambaran makrokosmos dan mikrokosmos yang bermuara pada ajaran pentingnya harmonisasi dalam hidup dan mengikuti Grebeg Mulud yang berawal sejak era Kerajaan Islam Demak,” urainya.

Baca Juga: Tambah Gayeng! Farel Prayoga juga Ikut Ramaikan Gebyar Sekaten di Solo

Advertisement

Sebelumnya diinformasikan, Keraton Solo memastikan dua ritual utama yakni tabuh gamelan pusaka dan Grebeg Maulud akan digelar pada agenda Sekaten tahun ini seperti sebelum pandemi. Dua acara ritual itu akan digelar pada awal Oktober 2022.

Namun, untuk tanggal pastinya panitia dari Keraton belum memutuskan. Prosesi ritual untuk gamelan pusaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat akan dimulai dengan jamasan atau membersihkan pusaka gamelan.

Setelah itu disusul dengan prosesi miyos gangsa atau mengangkat gamelan menuju Masjid Agung Solo. Prosesi kemudian diakhiri dengan dalem pareden maulud atau Kirab Gunungan Sekaten atau Grebeg Maulud.

Advertisement

Baca Juga: Wah! Happy Asmara hingga Denny Caknan bakal Ramaikan Sekaten di Keraton Solo

Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KP Dani Nur Adiningrat, kepada Solopos.com, Selasa (6/9/2022), menyebut pada ritual adat Sekaten tahun ini, Keraton akan mengeluarkan Gamelan Kiai Guntur Madu dan Gamelan Kiai Guntur Sari.

“Acara ritual yang akan diadakan tahun ini, mulai dari jamasan, miyos gangsa, natab gangsa, kundur gangsa, miyos hajad, sampai dalem pareden Maulud,” ucap Dani.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif