Soloraya
Senin, 4 April 2022 - 12:04 WIB

Sejumlah Warga Sragen Bertahan Pakai Pertamax, Alasannya Simpel

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua pengendara motor bertahan membeli BBM pertamax meskipun harga naik di SPBU Nglangon, Sragen Kota, Sragen, Senin (4/4/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Masih banyak warga di Sragen yang fanatik menggunakan bahan bakar minyak (BBM) pertamax tanpa peduli harga naik dari Rp9.500 per liter menjadi Rp12.500 per liter. Alasan mereka demi menjaga mesin kendaraan. Mereka yakin dengan tetap menggunakan pertamax mesin mereka lebih terawat ketimbang pakai pertalite.

Seperti yang dilakukan pemilik warung makan di Pilangsari, Ngrampal, Sugimam, 41, saat berbincang dengan Espos di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Nglangon, Sragen Kota, Senin (4/4/2022). Sugiman antre beli pertamax di belakang mobil berpelat merah. Motornya Honda Supra X 125. Meskipun warungnya di Pilangsari, Sugiman sering beli pertamax di SPBU Nglangon setelah selesai belanja di Pasar Nglangon.

Advertisement

“Pakai pertamax itu rasanya lebih enak dan suara mesinnya tidak kasar. Saya memakai pertanax sudah lama ya sejak harga Rp9.500 per liter. Sekarang naik jadi Rp12.500 per liter tidak berpengaruh bagi saya. Yang penting mesin lebih awet. Kalai mesin rusak maka biaya ke bengkel lebih mahal daripada naiknya harga pertamax,” katanya.

Baca Juga: Ini Dampak Kenaikan Harga Pertamax di SPBU Wonogiri

Konsumen pertamax asal Sribit, Sidoharjo, Sragen, Merlin, 20, mengaku menggunakan pertamax sejak memiliki motor Honda Scoopy pada 2021 lalu. Dia beralasan memilih pertamax karena lebih enak bagi mesin dan suaranya lebih halus.

Advertisement

“Saya kalau mengisi pertamax selalu penuh dan enggak menggunakan pertalite walaupun harga lebih murah,” ujarnya.

Warga asal Gendingan, Sragen Kota, Joko Susanto, 68, pernah menggunakan pertamax tetapi tidak lama kemudian beralih ke pertalite. Bagi Joko, suara mesin sama saja antara menggunakan pertalite maupun pertamax. Joko memilih menggunakan pertalite karena pertimbangan harga yang lebih murah dengan selisih sampai Rp4.850 per liter.

Baca Juga: Harga Pertamax Naik, Harga Buah di Pasar Gede Solo Makin Terkerek

Advertisement

“Saya beli di SPBU milik pemerintah karena takarannya lebih terjamin. Saya biasa membeli BBM ke SPBU Nglangon karena jaraknya lebih dekat dengan rumahnya,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif