SOLOPOS.COM - Mi ayam di warung makan Mi Ayam Sak Wajan Sedayu, Slogohimo, Wonogiri, Sabtu (23/4/2022). Harga satu porsi mi ayam tersebut senilai Rp9.000. (Solopos.com/ Muhammad D. Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Bicara soal mi ayam, salah satu yang terkenal punya keunikan di seluruh Indonesia adalah mi ayam khas Wonogiri. Dibandingkan mi ayam dari daerah lain, bahkan dari negara asalnya, China, mi ayam Wonogiri punya rasa yang berbeda.

Jika mi ayam China cenderung gurih dan asin, rasa mi ayam Wonogiri lebih ke gurih dan manis. Artikel di laman resmi Universitas Ciputra, uc.ac.id, yang dilihat Solopos.com pada Selasa (7/11/2023), menyebutkan mi ayam merupakan akulturasi antara budaya Tionghoa dan Indonesia atau Nusantara.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pada 1870, banyak orang Tionghoa dan Arab yang singgah dan akhirnya menetap di Jawa. Mi ayam, juga dikenal dengan nama bakmi, memiliki persamaan bahan dasar yakni tepung terigu.

Namun penyajiannya berbeda. Masyarakat China melengkapi mi yang disajikan dengan potongan daging babi dan pelengkap dengan bumbu dari minyak babi. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan potongan ayam yang disemur dengan kecap serta memakai minyak ayam.

Kini, mi ayam Indonesia memiliki jati dirinya sendiri dan menjadi kuliner khas Indonesia. Ada banyak varian mi ayam dengan keunikan masing-masing di Indonesia, seperti Mi Ayam Wonogiri, Mi Ayam Jakarta, Mi Ayam Bangka, dan lainnya.

Mi ayam khas Wonogiri terdiri dari semangkuk mi yang di atasnya diberi potongan ayam semur, sawi rebus, daun bawang, bakso dan pangsit. Mi ini bisa disajikan dengan kuah atau kering.

Hal yang membuat berbeda pada mi ayam Wonogiri dibanding mi ayam daerah lain yakni pada bumbunya yang khas. Rahasia bumbu ini terletak pada racikan minyak ayam yang dibuat menggunakan minyak sayur, jahe, lada, ketumbar, kulit ayam, serta bawang putih.

 keunikan Ilustrasi mi ayam Wonogiri. (Pictagram)
Ilustrasi mi ayam Wonogiri. (Pictagram)

Mengutip Solopos.com, semur sebagai pelengkap mi ayam Wonogiri juga punya rasa yang lezat. Masakan ini terbuat dari daging ayam dipotong kecil yang dibumbui dengan kemiri, bawang putih, gula merah, kecap, serai, bawang merah, daun jeruk, daun salam, dan lengkuas.

Mi Ayam Instan

Ini menjadi keunikan tersendiri pada rasa mi ayam Wonogiri yang cenderung manis dan gurih. Berbeda dengan rasa mi ayam China yang lebih gurih dan asin.

Sebagai pelengkap, mi ayam Wonogiri diberi topping acar, kepala ayam, serta cakar yang dibumbu manis. Seporsi mi ayam Wonogiri dijual sekitar Rp7.000 hingga Rp15.000 bergantung topping-nya.

Keunikan lainnya, mi ayam khas Wonogiri kini tidak hanya bisa dibeli dari pedagang di warung atau yang berkeliling menggunakan gerobak. Saat ini sudah ada mi ayam instan dengan merek Mi Ayam Instan Wonogiren.

Mengutip artikel karya Andy Prasetyo di laman jurnal.wonogirikab.go.id, mi ayam instan dibuat untuk menangkap peluang banyaknya orang Indonesia yang menyukai mi instan. Dengan membuat mi ayam instan juga diharapkan bisa menaikkan kelas mi ayam menjadi produk yang lebih berkualitas, sehat, higienis, dan modern.

Tak hanya itu, produk mi ayam instan ini juga menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin menikmati mi ayam dan memasaknya sendiri di rumah dengan lebih higienis dan praktis.

Terbaru, keunikan mi ayam khas Wonogiri juga bisa dijumpai pada varian mi berbahan porang. Mi ayam berbahan porang ini dijual di salah satu warung mi ayam di Fanz Kedai, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Mi porang bahkan menjadi menu andalan dan ciri khas kafe tersebut.

Satu porsi mi porang dijual seharga Rp11.000. Menu itu kerap dicari para pengunjung dibandingkan mi lain yang di kafe tersebut. “Ini saya ambil [mi porang] dari Kecamatan Sidoharjo. Baru beberapa bulan ini menyediakan menu mi porang. Respons pengunjung juga bagus,” ucap pemilik kafe, Irfan, Senin.

Salah satu pelanggan Fanz Kedai, Suyadi, menyatakan sudah mencoba mi porang di kafe tersebut. Menurutnya, cita rasa mi porang tidak kalah dibanding mi lain. Tekstur mi porang lembut tetapi tidak terlalu kenyal.

“Kalau saya pribadi lebih cocok makan mi porang dibandingkan mi gandum ya. Mi porang itu enggak terlalu kenyal. Mungkin itu juga pengaruh yang mengolah. Tetapi rasanya juga enak,” kata Suyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya