SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO–Jumlah pengidap baru HIV/AIDS di Kota Solo selama semester I 2023 sebanyak 226 orang. Mereka tak hanya berasal dari Solo, melainkan daerah lain di Tanah Air.

Angka ini melonjak dibandingkan periode yang sama pada 2022. Kala itu, ditemukan 175 pengidap baru HIV/AIDS di Solo. Para pengidap baru HIV/AIDS justru paling banyak bukan berasal dari Kota Solo melainkan daerah lain di Indonesia.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Mereka melakukan voluntary counselling test (VCT) dan terapi antiretroviral (ARV) di puskesmas dan rumah sakit yang tersebar di Kota Bengawan.

Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Tommy Pranoto, mengatakan jumlah pengidap baru HIV/AIDS selama semester I/2023 yang berasal dari Kota Solo sebanyak 69 orang.

Perinciannya, 47 pengidap HIV dan 22 pengidap AIDS. Sedangkan, pengidap baru HIV/AIDS yang berasal dari luar Solo sebanyak 157 orang. Perinciannya, 94 pengidap HIV dan 63 pengidap AIDS.

“Para pengidap baru HIV/AIDS yang berasal dari luar Solo menjalani terapi ARV di rumah sakit. Sekarang, obat ARV sudah ada di setiap rumah sakit di Solo. Kalau dulu kan hanya beberapa rumah sakit yang melayani terapi ARV bagi pengidap HIV/AIDS,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (14/8/2023).

Menurut Tommy, sebagian pengidap baru HIV/AIDS merupakan usia produktif dengan beragam latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga wiraswasta.

Mereka tertular HIV saat berhubungan intim dengan pengidap HIV. “Hanya satu cara untuk mengetahui status kesehatan masyarakat beresiko tinggi yakni melakukan VCT. Masyarakat bisa mengakses klinik VCT di puskesmas atau rumah sakit,” ujar dia.

Selama ini, masyarakat tidak tahu virus HIV/AIDS telah masuk ke tubuhnya selama bertahun-tahun. Setelah muncul gejala-gejala AIDS seperti diare dan berat badan turun drastis, para pengidap HIV/AIDS baru ditemukan saat berobat ke puskesmas atau rumah sakit.

Tommy meyakini masih ada pengidap virus HIV/AIDS yang belum ditemukan petugas kesehatan. “Dibutuhkan penguatan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS lintas sektoral. Baik dari pemerintah, LSM, komunitas masyarakat peduli AIDS dan lain-lain. Sehingga, penularan HIV/AIDS bisa segera dicegah dan diobati,” urai dia.

Disinggung soal program-program pencegahan penularan HIV/AIDS, Tommy menambahkan berencana membentuk komunitas sekolah peduli AIDS.

Anggota komunitas tersebut menjadi garda terdepan dalam menyosialisasikan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.

Tak hanya itu, tokoh-tokoh sentral dalam forum kerukunan umat beragama (FKUB) di setiap kecamatan bakal diajak untuk melakukan hal serupa.

“Sekitar 90% orang berisiko tinggi mengetahui status kesehatannya. Dan juga pengidap HIV/AIDS meminum obat ARV sekitar 90%. Ini target yang dicanangkan pemerintah pusat pada 2030,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya