Soloraya
Senin, 14 Agustus 2023 - 17:19 WIB

Semester I 2023, Pengidap Baru HIV/AIDS di Solo Kian Melonjak

R Bony Eko Wicaksono  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO–Jumlah pengidap baru HIV/AIDS di Kota Solo selama semester I 2023 sebanyak 226 orang. Mereka tak hanya berasal dari Solo, melainkan daerah lain di Tanah Air.

Angka ini melonjak dibandingkan periode yang sama pada 2022. Kala itu, ditemukan 175 pengidap baru HIV/AIDS di Solo. Para pengidap baru HIV/AIDS justru paling banyak bukan berasal dari Kota Solo melainkan daerah lain di Indonesia.

Advertisement

Mereka melakukan voluntary counselling test (VCT) dan terapi antiretroviral (ARV) di puskesmas dan rumah sakit yang tersebar di Kota Bengawan.

Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Tommy Pranoto, mengatakan jumlah pengidap baru HIV/AIDS selama semester I/2023 yang berasal dari Kota Solo sebanyak 69 orang.

Advertisement

Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Tommy Pranoto, mengatakan jumlah pengidap baru HIV/AIDS selama semester I/2023 yang berasal dari Kota Solo sebanyak 69 orang.

Perinciannya, 47 pengidap HIV dan 22 pengidap AIDS. Sedangkan, pengidap baru HIV/AIDS yang berasal dari luar Solo sebanyak 157 orang. Perinciannya, 94 pengidap HIV dan 63 pengidap AIDS.

“Para pengidap baru HIV/AIDS yang berasal dari luar Solo menjalani terapi ARV di rumah sakit. Sekarang, obat ARV sudah ada di setiap rumah sakit di Solo. Kalau dulu kan hanya beberapa rumah sakit yang melayani terapi ARV bagi pengidap HIV/AIDS,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (14/8/2023).

Advertisement

Mereka tertular HIV saat berhubungan intim dengan pengidap HIV. “Hanya satu cara untuk mengetahui status kesehatan masyarakat beresiko tinggi yakni melakukan VCT. Masyarakat bisa mengakses klinik VCT di puskesmas atau rumah sakit,” ujar dia.

Selama ini, masyarakat tidak tahu virus HIV/AIDS telah masuk ke tubuhnya selama bertahun-tahun. Setelah muncul gejala-gejala AIDS seperti diare dan berat badan turun drastis, para pengidap HIV/AIDS baru ditemukan saat berobat ke puskesmas atau rumah sakit.

Tommy meyakini masih ada pengidap virus HIV/AIDS yang belum ditemukan petugas kesehatan. “Dibutuhkan penguatan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS lintas sektoral. Baik dari pemerintah, LSM, komunitas masyarakat peduli AIDS dan lain-lain. Sehingga, penularan HIV/AIDS bisa segera dicegah dan diobati,” urai dia.

Advertisement

Disinggung soal program-program pencegahan penularan HIV/AIDS, Tommy menambahkan berencana membentuk komunitas sekolah peduli AIDS.

Anggota komunitas tersebut menjadi garda terdepan dalam menyosialisasikan upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.

Tak hanya itu, tokoh-tokoh sentral dalam forum kerukunan umat beragama (FKUB) di setiap kecamatan bakal diajak untuk melakukan hal serupa.

Advertisement

“Sekitar 90% orang berisiko tinggi mengetahui status kesehatannya. Dan juga pengidap HIV/AIDS meminum obat ARV sekitar 90%. Ini target yang dicanangkan pemerintah pusat pada 2030,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif