SOLOPOS.COM - Pria asa Ledoksari, Candisari, Gladagsari, Boyolali, Agus Supriyanto, 29, saat menunjukkan ular-ular di rumahnya, Jumat (11/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Seorang pemuda asal Dukuh Ledoksari, Candisari, Gladagsari, Boyolali, Agus Supriyanto, sukses meraup cuan dari bisnis budi daya ular berbisa seperti ular viper. Uang jutaan rupiah pun ia kantongi dari bisnis tersebut setiap bulan.

Agus membudidayakan ular yang disebut-sebut salah satu ular paling berbisa itu di rumahnya sejak 2011 lalu. Saat Solopos.com menyambangi rumahnya, Jumat (11/8/2023) lalu, beberapa kotak kaca berisi ular tampak tertata rapi di salah satu ruangan rumah berdinding batako abu-abu di lereng Gunung Merbabu itu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Agus berdiri di antara kotak kaca sambil bermain dengan beberapa ular. Pria 29 tahun tersebut menceritakan bagaimana mulanya ia sampai terjun ke usaha budi daya ular viper. Ia memulai budi daya ular viper sejak 2011.

Pemuda Boyolali itu mengingat awal mulanya ia tertarik budi daya ular berbisa itu karena kasihan terhadap binatang melata tersebut. Ia menceritakan ketika masyarakat menemukan ular di sekitar rumah, kebanyakan dari mereka tidak tahu cara menanganinya dan langsung membunuh ular tersebut.

Kebanyakan di antaranya adalah jenis ular gadung hijau yang memang beracun. Pada saat yang bersamaan, Agus memiliki kawan yang juga memelihara ular. Ia pun akhirnya belajar tentang ular dari temannya tersebut.

Dari yang awalnya hanya memelihara ular tidak berbisa seperti jenis sowo kopi dan ular jali, ia mulai merambah memelihara ular berbisa pada 2014 seperti dari jenis keluarga viper, kolubrid, dan elapidae.

“Ada yang jenis viper itu Trimeresurus puniceus [ular bandotan pohon], Trimeresurus albolabris [ular bangkai laut], Trimeresurus insularis [ular viper timur]. Jadi orang awam menyebutnya ular duwel yang warna cokelat, terus yang warna hijau ular gadung luwuk,” tuturnya kepada Solopos.com.

Kemudian, pada 2018 ia mulai berbisnis ular viper. Pemuda Boyolali itu menyatakan ular berbisa jenis viper tidak masuk golongan hewan dilindungi, sehingga tidak masalah jika budi daya ular itu dibisniskan. Ular-ular viper yang ia budidayakan kemudian dijual ke beberapa daerah di Indonesia.

Daerah penjualan ular milik Agus mulai dari Lampung, Jambi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, hingga sejumlah daerah lain. Agus mengungkapkan harga jual ular viper dimulai dari anakan Rp150.000-Rp2,5 juta per ekor.

Cara Tangani Gigitan Ular

“Tergantung ukuran, warna, dan tingkat kelangkaan. Kan ular yang saya jual ini untuk tujuan eksotik ya, ada yang untuk edukasi bahkan kompetisi. Bahkan kalau buyer [pembeli] suka dengan warnanya, mereka mau beli Rp3 juta ” kata lelaki yang juga petugas jaga malam di Puskesmas Gladagsari tersebut.

Dalam sebulan, ia mengungkapkan bisa menjual rata-rata lima ekor ular sehingga bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp1 juta-Rp5 juta. Lebih lanjut, Agus menceritakan sejak menekuni bisnis budi daya ular berbisa itu di Boyolali, ia pernah tergigit ular sekitar empat kali.

Semua kejadian tersebut Agus tangani sendiri. Ia menangani sendiri gigitan ular dengan cara pertama imobilisasi atau tidak bergerak di area yang tergigit.

“Jadi misalnya pakai kayu, metode imobilisasi itu seperti orang patah tulang itu. Terus kita juga makan-makanan yang bisa menaikkan imunitas seperti madu jawa, daun mimba, saya juga tidak boleh panik,” kata dia.

Agus mengatakan pada awalnya orang tuanya tidak mendukung kesukaannya memelihara ular. Kemudian, ia terus mengedukasi orang tuanya bahwa ia telah memiliki cukup ilmu untuk memelihara ular.

Akhirnya, orang tua pemuda Boyolali itu pun setuju ia memelihara sekaligus berbisnis budi daya ular di rumah. Ayah Agus, Rahman, 55, membenarkan awalnya ia dan istrinya tidak setuju sang anak memelihara ular di rumah karena dirasa berbahaya.

“Takutnya kalau digigit, tapi akhirnya ya setuju, melihat anaknya suka dan komitmen untuk belajar tentang ular, jadi ya kami pasrah saja,” kata dia.

Ia juga berpesan kepada anaknya untuk selalu berhati-hati dengan hobi yang menurutnya tidak umum yaitu memelihara ular. Rahman menceritakan ular yang dipelihara Agus juga pernah lepas sehingga membuat panik orang serumah.

Sewaktu kejadian itu, Agus berada di desa lain karena diminta menangkap ular. “Panik itu, Agus kami telepon enggak nyambung, mungkin di desa atas enggak ada sinyal. Akhirnya kami panggil temannya Agus, baru bisa ditangkap,” cerita dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya