SOLOPOS.COM - Putra mahkota dari Raja Kasunanan Surakarta SISKS Paku Buwono (PB) XIII, yaitu KGPH Purboyo (tengah), duduk bersebelahan dengan GKR Wandansari (kanan), di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (12/3/2022) siang. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Momen langka terjadi dalam upacara pengukuhan GPH Bhre Cakrahutomo sebagai KGPAA Mangkunagoro X di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (12/3/2022). Saat itu Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GKR Wandasari atau biasa disapa Gusti Moeng, sempat duduk bersebelahan dengan putra mahkota SISKS Paku Buwono (PB) XIII, KGPH Purboyo.

Momen ini cukup langka dan menarik dikaitkan dengan dinamika Keraton Kasunanan Surakarta. Sebab SISKS PB XIII belum lama ini mengangkat istri permaisuri bergelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Paku Buwono. Dia juga mengangkat anaknya, KGPH Puruboyo sebagai putra mahkota penerus takhta Keraton Solo.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Baca juga: Tak Sengaja Jejer KGPH Purboyo, Gusti Moeng Ungkap Isi Perbincangannya

Gusti Moeng sempat memberikan pernyataan pengangkatan Purboyo sebagai putra mahkota tidak sesuai dengan adat atau paugeran Keraton Solo. Dalam kesempatan langka itu, Gusti Moeng sebenarnya ingin berbincang banyak dengan keponakannya.

Salah satu yang ingin disampaikan adalah terkait pengangkatan Puruboyo sebagai putra mahkota atau pemberian gelar Adipati Anom. Gusti Moeng mengatakan, pergantian kepemimpinan di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan takdir Tuhan.

“Belum tentu kamu bisa jadi. Kabeh ki Gusti Allah sik menentukan. Sebetulnya mau saya gitukan, saya kasih tahu,” urai dia.

Baca juga: Profil KGPH Puruboyo, Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta

Sayangnya, hal itu tidak sempat disampaikan lantaran KGPH Puruboyo terlanjur pindah ke kursi yang jauh dari tempatnya. Perpindahan tempat duduk ini menurut Gusti Moeng disebabkan permintaan orang-orang GKR Paku Buwono.

“Yang minta pindah orang-orang ibunya itu,” ungkap dia.

Dia mengaku sempat menegur tindakan orang-orang itu. Sebab, menurut dia, di Pura Mangkunegaran sudah berlaku protokoler atau aturan main sendiri.

“Kan tadi tak tegur, kamu itu, kan ini bukan Keraton [Solo]. Ini Mangkunegaran kan protokolernya sudah ada sendiri, kok ngatur-ngatur. Iya kan sudah diatur sendiri dari sini,” sambung dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya