SOLOPOS.COM - Tangkapan layar Ketua Fraksi PDIP DPRD Solo, YF Sukasno (kanan) saat berdebat tentang tulisan-tulisan yang dipasang di gerobak seorang lelaki paruh baya, Senin (20/11/2023) malam. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Kejadian seorang laki-laki paruh baya yang nekat membawa gerobak yang ditempeli tulisan-tulisan protes kepada Megawati Soekarnoputri, dan dukungan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), sempat diwarnai perdebatan.

Perdebatan terjadi antara lelaki yang mengaku berasal dari Sumatra dan sudah lama di Jawa itu dengan Ketua Fraksi PDIP DPRD Solo, YF Sukasno, Senin (20/11/2023) malam. Perdebatan terjadi ketika lelaki tersebut tak terima Jokowi dihina.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sukasno mempertanyakan logika Jokowi dihina dan diserang menjelang akhir masa jabatannya sebagai Presiden. Sukasno mengatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah meminta agar kader PDIP mengawal Jokowi hingga akhir.

Sukasno juga meminta agar tulisan-tulisan yang dipasang di gerobak itu dilepas. Namun, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah. Lelaki tersebut mengaku mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat atau pandangannya terkait hal itu.

Permintaannya ditolak, Sukasno mengingatkan lelaki yang mengaku beberapa tahun terakhir tinggal di Kota Magelang itu, bahwa tindakannya merupakan bentuk provokasi. Sukasno juga menyatakan akan melapor ke polisi bila tulisan tak dicopot.

Tapi tetap saja lelaki yang memakai topi itu menolak, dan mengingatkan pernyataan Ir Soekarno. “Jelas-jelas Soekarno berpidato, jangan mengaku sebagai anaknya kalau tidak kiri,” kata dia. Beruntung situasi tidak sampai kian memanas.

Situasi berhasil dikendalikan dengan baik, dan tidak terjadi tindakan yang tidak diinginkan. “Saya ingin bagaimana pun Jokowi sudah berjuang untuk Indonesia, jangan dihina, jangan direndahkan, bagaimana pun dia presiden kita,” tutur dia.

Kepada warga dan kader PDIP Solo yang menanyainya, lelaki itu mengaku datang dari Magelang melalui Jogja dan Klaten. Dia sengaja datang ke Solo karena pada 1995-an pernah tinggal di kota ini. “Kula sakniki teng Magelang,” aku dia.

Namun, saat dimintai Kartu Tanda Penduduk (KTP), menurut yang bersangkutan hilang. Dia lantas menelepon anaknya untuk meminta foto KTP dan KK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya