Soloraya
Jumat, 3 Maret 2023 - 15:31 WIB

Sendang Kun Gerit Sragen Jadi Pilot Project Wisata Desa Berbasis Masyarakat

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sendang dan Resto Kun Gerit di Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen, Jumat (3/3/2023). Pembangunan pemandian tersebut menelan dana Rp2,25 miliar dari dana masyarakat dan desa. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sendang dan Resto Kun Gerit di Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen, diresmikan Bupati Sragen, Jumat (3/3/2023). Bupati menyatakan Sendang Kun Gerit tersebut bisa menjadi pilot project bagi desa-desa lainnya di Sragen.

Pasalnya Jatibatur menjadi satu-satunya desa yang mampu mengembangkan wisata desa yang tidak hanya mengandalkan dana APBDes, tetapi bisa menghimpun dana dari masyarakat berupa investasi.

Advertisement

Peresmian Sendang dan Resto Kun Gerit itu dilakukan dengan penandatangan prasasti dan pemotongan tumpeng nasi serta pemotongan pita. Peresmian itu juga dihadiri seluruh kepala desa dan lurah se-Kecamatan Gemolong.

“Seperti inilah [Sendang Kun Gerit] sejatinya yang kami inginkan dari BUMDes [Badan Usaha Milik Desa] yang bisa mengangkat ekonomi desa. BUMDes mampu mengelola wisata desa yang dibangun tidak hanya mengendalkan APBDes tetapi bisa menghimpun dana masyarakat. Ini wujud kepercayaan masyarakat kepada BUMDes,” ujar Yuni, sapaan akrab Bupati.

Yuni menyebut penyertaan modal desa ke BUMDes hanya Rp110 juta dan dana dari APBDes Jatibatur sebanyak Rp350 juta. Angka tersebut, katanya, realtif kecil mengingat total dana yang digelontorkan untuk membangun Sendang Kun Gerit mencapai Rp2,25 miliar. Kekurangan dana itu dibiayai dari warga melalui investasi. Banyak warga Jatibatur di perantauan yang ikut berinvestasi.

Advertisement

“Ini sebenarnya wujud bali desa mbangun desa. Yang bisa ditarik benang merah dari pengelolaan BUMDes ini adalah kepercayaan. Kalau pimpinan desanya mendapat amanah masyarakat mutlak, kemudian diberi kepercayaan untuk mengelola BUMDes-nya. Sendang Kun Gerit ini bisa masuk profilnya kabupaten karena sebagian besar dananya dari masyarakat,” ujar Yuni.

Sendang Kun Gerit, sambung Yuni, dibangun tanpa bantuan Pemkab apalagi dari kementerian dan ternyata bisa. Berbeda dengan Pemerintah Desa Karungan di Kecamatan Plupuh yang juga berhasil mengembangkan potensi desa dengan membuat Pasar Bahulak. Namun bedanya ada bantuan dari kementerian dan perguruan tinggi dalam pengembangan Pasar Bahulak.

Yuni menjelaskan Sragen punya Desa Karungan di Plupuh yang bisa memanfaat potensi desa dengan diferensiasi dalam bentuk Pasar Bahulak sehingga mendapat bantuan dari kementerian dan perguruan tinggi. Dia melihat di Sendang Kun Gerit tanpa bantuan kementerian atau pemerintah ternyata bisa dan ini luar biasa.

Advertisement

Yuni berpesan Sendang Kun Gerit dikelola dengan penuh tanggung jawab, jujur, arif, dan bijak. “Pendapatannya sebulan sampai Rp200 juta. Sendang ini wajib dipromosikan jadi tempat wisata dan wajib dikunjungi bagi tamu-tamu yang ke Sragen. Promosikan lewat media sosial! Dengan Bupati hadir di sini, besok-besok lebih ramai lagi. Syaratnya harus dikelola secara profesional karena urusannya dengan uang,” pesannya.

Kades Jatibatur Sragen, Sutardi, mengatakan pengembangan Kun Gerit belum selesai karena ada perluasan untuk wahana permainan yang bisa menunjang pendapatan asli desa (PADes). Dia meminta doa Bupati agar pengembangan bisa lancar dan lebih lengkap ojek wisatanya. “Peran perantau bisa andil untuk kemajuan desa, bumi kelahiran mereka,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif