SOLOPOS.COM - Dokter spesialis kandungan RSSP Sragen berfoto bersama tiga bayi kembar do Ruang Perinatologi RSSP Sragen, Jumat (22/3/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tiga bayi mungil terlihat cantik dan lucu saat didandani sebelum sesi pemotretan oleh tim dari Babyface_photobay Sragen di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro (RSSP) Sragen, Jumat (22/3/2024). Tiga bayi kembar atau triplet itu diberi hiasan bando bunga di kepalanya dan dibungkus dengan kain dengan posisi seperti posisinya saat di kandungan ibunya.

Ketiga bayi perempuan itu belum dikasih nama. Untuk membedakannya petugas Ruang Perinatologi menandai bayi itu dengan tanda di keningnya. Ada tanda satu titik hitam untuk bayi pertama, dua titik hitam untuk bayi kedua, dan tiga titik hitam untuk bayi ketiga.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka lahir sesar dari rahim Sutarni, 39, warga Gempolan, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, pada Jumat (15/3/2024) lalu. Bayi pertama lahir pada pukul 14.02 WIB, bayi kedua lahir pukul 14.04 WIB, dan bayi ketiga lahir pukul 14.05 WIB.

Ketiga bayi cantik itu merupakan kelahiran kedua dari pasangan Roni Irawan dan Sutarni. Kasus bayi triplet ini merupakan kasus kali ketiga yang ditangani RSUD Sragen. Dokter spesialis kandungan yang menangani, dr. Dian Ika Putri Syafaruddin Sp. OG, ikut berfoto dengan ketiga bayi cantik itu. Mereka tidak menangis saat dibalut kain lembut. Instrumen musik yang diputar menenangkan ketiga bayi itu dan sering terpejam matanya saat dipotret.

“Pasien ibu dengan kehamilan triplet ini masuk ke RSUD lewat rujukan puskesmas. Pasien sempat dirawat karena tensinya cukup tinggi. Kadar protein sang ibu juga cukup rendah sehingga harus diupayakan perbaikan dulu. Usia kehamilannya kira-kira 36 pekan dan saat itu memang tidak memungkinkan dilakukan kelahiran normal,” ujar Dian saat berbincang dengan wartawan, Jumat siang.

Dian segera mengambil tindakan untuk operasi sesar mengeluarkan tiga bayi itu dalam kondisi prematur. Posisi bayi tidak memungkinkan dilahirkan normal karena ada satu yang melintang dan kepala kedua bayi lainnya terhalang bayi yang melintang.

“Jadi terpaksa harus sesar. Alhamdulillah bayi yang melintang di rahim itu yang lahir terakhir sehingga jadi bayi ketiga. Di dahi bayi itu kan ada tanda titik tiga, ya bayi itu. Titik itu sebagai penanda bayi supaya tidak keliru. Hal itu sudah kebiasaan dalam penanganan bayi kembar,” jelas Dian.

Bobot ketiga bayi itu terhitung rendah. Bayi pertama berbobot 1,8 kg dengan panjang 47 cm, bayi kedua beratnya 1,7 kg dengan panjang 46 cm, dan bayi ketiga 1,6 kg dengan panjang 45 cm.

“Kondisi bayi sekarang sudah dilepas dari inkubator, lepas dari infus dan oksigen. Perawatan inkubator dilakukan selama sepekan karena prematur. Orang tua si bayi sudah boleh pulang di hari kedua setelah sesar,” ujarnya.

Selama menjadi dokter spesialis kandungan, Dian mendapati tiga kali kasus bayi kembar tiga dan begitu pula. Tiga kasus itu terjadi di Sragen dua kali dan satu kali saat bertugas di luar Jawa.

Kesulitan dalam menangani kelahiran bayi kembar, menurutnya terletak pada komplikasi sang ibunya. Semakin banyak bayi yang di kandung maka komplikasi ke ibunya semakin berat dan hal itu terjadi secara otomatis. “Jadi, kalau dapat pasien bayi kembar maka harus hati-hati karena ibunya akan mengalami komplikasi lebih tinggi,” jelasnya.

Dokter spesialis anak RSUD Sragen, dr. Istika Wulandari, Sp.A., menambahkan karena bayi lahir prematur dengan berat badan rendah maka dilakukan tata laksanakan bayi lahir dengan berat badan rendah. Langkah pertama adalah thermoregulasi, yakni menjaga suhu tubuh bayi tetap normal sehingga bayi ditempatkan di inkubator secara terpisah atau satu bayi satu inkubator. Kemudian, bayi diberi suplemen infus dan obat-obatan yang masuk untuk mencegah infeksi, dan untuk proses kematangan pernapasannya.

Istika menjelaskan bayi lahir prematur dengan berat badan rendah biasanya organ-organnya belum matang. Jadi harus dirawat di ruang Perinatologi untuk membantu bayi adaptasi dari dalam kandungan ke dunia luar.

“Alhamdulillah perkembangannya bagus sehingga adaptasinya bagus. Perawatan 3-4 hari sudah mulai perbaikan. Sekarang sudah di boks biasa untuk dipantau suhunya. Pada perawatan hari ke-6 dan ke-7 bayi sudah bisa dilakukan rawat jalan dan bisa pulang,” jelasnya.

Sebelum bayi pulang, si ibu dan keluarga diedukasi dan didampingi untuk kesiapan perawatan di rumah. Edukasi itu seperti bagaimana pengasuhannya, bagaimana memandikan bayi, bagaimana memberi susunya, karena ada tiga orang bayi.

“Perawatannya di rumah nanti tetap kami dampingi. Pendampingannya juga dengan bidan setempat. Sekarang hanya terlihat agak kuning karena organ belum sempurna, sepert heparnya, birilubim, dan empedunya belum matang. Sampai hari ke-14 biasanya sudah sembuh,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya