Soloraya
Rabu, 4 Januari 2023 - 15:11 WIB

Sepanjang 2022, Terjadi 9 Banjir dan 18 Tanah Longsor di Sragen

Galih Aprilia Wibowo  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para anggota BPBD Sragen dan sukarelawan SAR Sragen melakukan assesmen di lokasi terdampak luapan Sungai Kenatan di wilayah Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Jumat (23/12/2022) malam. (Istimewa/BPBD Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Sepanjang 2022 tercatat terjadi sembilan banjir dan 18 tanah longsor di Kabupaten Sragen. Tanah longsor kerap terjadi Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo. Sementara untuk banjir terjadi hampir merata di beberapa kecamatan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen, Agus Cahyono, mengungkapkan banjir dan tanah longsor itu umumnya akibat dampak hujan dengan intensitas tinggi hingga sedang dengan durasi panjang. Selain itu dikarenakan luapan drainase di sekitar jalan, bahkan karena drainase yang tersumbat sampah.

Advertisement

“Pada Januari 2022 terjadi dua kali bencana banjir di Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal dan di Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen. Ini  disebabkan hujan intensitas tinggi disertai angin. Juga terjadi tiga tanah longsor di Desa Jetis dan Desa Musuk, Kecamatan Sambirejo dan di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Sragen yang disebabkan karena hujan dengan intensitas tinggi,” terang Agus, pada Rabu (4/1/2023).

Kemudian pada Februari terjadi satu kejadian tanah longsor di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe. Kontur tanah di sana berupa lereng. Tanah longsor tersebut juga dipicu hujan deras dan lama.

“Sementara pada Maret 2022 adalah rentang waktu paling banyak terjadi kejadiaan kebencananan. Tercatat tujuh bencana tanah longsor di Desa Ngebung dan Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe; Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo; Desa Dukuh, Kecamatan Tangen; Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, dan Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, yang terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi hingga sedang dengan durasi yang panjang,” terang Agus.

Advertisement

Ia menambahkan pada Maret juga terjadi banjir di wilayah Kecamatan Masaran dan Kecamatan Tanon. Banjir disebabkan luapan drainase atau gorong-gorong pinggir jalan raya Masaran-Sragen yang. Luapan air juga terjadi di Sungai Ngemplak.

“Sementara itu dalam kurun waktu April-Juni, terjadi dua kali tanah longsor dan tiga kali banjir. Tanah longsor di Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong karena hujan lebat sehingga aliran air menjadi deras dari tebing dan tanah yang sudah labil,” ujarnya.

Tersumbat Sampah

Kemudian pada Mei 2022, tiga desa sempat terendam banjir, yaitu di Desa Jurangrejo, Kecamatan Karangmalang. Penyebabnya saluran drainase  tersumbat sampah. Kemudian di Desa Mojokerto dan Desa Wonokerso, Kecamatan Kedawung yang terjadi karena luapan irigasi pembangunan Waduk Botok dan saluran drainase di kampung tersumbat sampah. Kondisi ini menimbulkan luapan air irigasi sawah.

Advertisement

Pada Juni 2022,  tanah longsor kembali terjadi di Desa Jetis karena hujan dengan intensitas tinggi. “Pada Oktober 2022 terjadi longsor lagi di Desa Jetis dan talut yang longsor di Desa Bener, Kecamatan Ngrampal. Banjit juga terjadi di Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo dan di wilayah Kecamatan Ngrampal karena luapan Sungai Mungkung dan Sungai Ngrowo,” terang Agus.

Terakhir, pada November 2022, empat tempat yang mengalami bencana tanah longsor, tiga tanah longsor di Desa Katelan, Kecamatan Tangen, dan di jalan penghubung Ngebung-Plupuh di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe.

“Di Desa Katelan terjadi karena erosi dan luapan aliran Sungai Bengawan Solo sedangkan di Kalijambe terjadi karena hujan deras dan di wilayah Desa Ngebung sendiri di bahu jalan sudah mengalami keretakan,” pungkas Agus.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif