SOLOPOS.COM - Ibu hamil mendapatkan susu yang dibagikan secara gratis pada kegiatan Edukasi Pencegahan Stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan di Graha Saba Buana, Solo, Kamis (7/9/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO—Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo, pada 2023 masih terdapat 923 anak (4,2 %) mengalami stunting atau tengkes.

Angka itu didapat dari Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) yang dihimpun dari seluruh puskesmas di Kota Solo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala DP3AP2KB Kota Solo, Purwanti, mengatakan pihaknya menerapkan beberapa strategi untuk melakukan pencegahan dan penanganan stunting pada anak. Dia mengatakan yang pertama dilakukan adalah membangun komitmen dari tingkat kelurahan, pemerintah kota, sampai tingkat wilayah.

“Itu menjadikan isu stunting menjadi prioritas pembangunan di Kota Solo, itu sudah masuk di mekanisme pembangunan sampai dari rencana pembangunan sampai penganggaran,” kata dia ketika dihubungi Solopos.com, Rabu (24/1/2024).

Selain itu, guna mencegah penambahan kasus stunting di Solo, perlu ada perubahan perilaku pola asuh keluarga. Hal ini dilakukan dengan program Aksi Bergizi yang membangun perilaku hidup bersih dan sehat.

“Salah satunya dimulai remaja, dengan kampanye remaja harus minum tablet tambah darah, ini kita gencarkan untuk anak-anak siswa SMP, sudah menjadi program rutin bahwa setiap sepekan sekali remaja putri SMP wajib minum tablet tambah darah,” kata dia.

Selain remaja putri, perubahan perilaku juga harus dilakukan pada tingkat keluarga. Salah satunya adalah calon pengantin harus memiliki pemahaman yang cukup tentang penyiapan kehidupan berkualitas.

“Artinya pemahaman bahwa stunting itu tidak terjadi secara tiba-tiba, tapi terjadi ketika seribu hari pertama kehidupan, sejak hamil sampai anak usia dua tahun, jadi intervensi sejak hamil,” kata dia.

Dia mengatakan pihaknya sudah memiliki layanan konsultasi untuk calon pengantin. Konsultasi itu diberikan untuk memberikan pemahaman pentingnya memberikan ASI eksklusif dari sang ibu.

“Karena rata-rata kendala dari ibu tidak bisa memberikan ASI eksklusif ketika sepekan pertama bayi lahir, mungkin lingkungan kurang mendukung, lalu sudah diberikan susu formula. Ini kan perilaku yang berpengaruh pada stunting,” kata dia.

Selain itu ada pemenuhan asupan gizi melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting yang menyasar kelurahan di Kota Solo. Dia mengatakan sasaran program tersebut yakni ibu hamil maupun anak usia bawah dua tahun atau umur 0-24 bulan yang berisiko stunting.

“Tidak kalah penting lagi adalah pemenuhan akses sanitasi dan air bersih, karena stunting itu salah satunya dipicu oleh sanitasi dan juga menyasar keluarga-keluarga yang tidak menempati rumah layak huni,” kata dia.

Dia mengatakan upaya tersebut yang diimplementasikan melalui berbagai program itu bertujuan agar target zero stunting di Kota Solo. Dia menjelaskan zero stunting bukan berarti tidak ada kasus sama sekali, melainkan tidak ada kasus stunting baru.

“Jadi faktor-faktor risiko yang sudah kami siapkan tadi mulai dari calon pengantin, ibu hamil, dan baduta, yang berisiko sudah keluar dari risikonya. Harapannya di 2024 ini tidak ada keluarga-keluarga yang berisiko [stunting],” kata dia.

Isu stunting juga diangkat menjadi tema Hari Gizi Nasional (HGN) ke-64 yang diperingati pada 25 Januari setiap tahun. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis tema Hari Gizi Nasional 2024 yakni MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya