SOLOPOS.COM - Salah seorang dalang di Klaten, Panggah, 53, menata pot dari ban bekas di rumahnya Desa Pundungsari, Kecamatan Trucuk, pekan lalu. (Solopos.com/ Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan para pelaku seni. Tak terkecuali bagi Panggah, 53, seorang dalang asal Desa Pundungsari, Kecamatan Trucuk,  Klaten.

Selama dua tahun terakhir, Panggah tak lagi mendapatkan job manggung. Kondisi itu jauh berbeda jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Dalam sebulan, Panggah bisa mendalang di 10-15 lokasi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kondisi tersebut tak lantas membuat Panggah menyerah. Panggah memanfaatkan masa-masa sepi job dengan kegiatan produktif membikin pot hingga hiasan taman dari ban bekas.

Baca Juga: Perolehan ZIS Baznas Klaten Menurun, Ada Apa?

Ide itu muncul sekitar empat bulan lalu. Saat itu, Panggah melihat ada ban bekas yang tergeletak dan menjadi sarang nyamuk. Dia lantas mencoba mengutak-atik ban bekas itu menjadi pot bunga.

“Saya lihat ada ban di tempat sampah, dari pada jadi sarang nyamuk akhirnya saya buat jadi pot. Kemudian saya lanjut beli ban bekas saja,” kata Panggah saat ditemui Solopos.com di rumahnya pekan lalu.

Panggah pun menjajal membuat taman dari ban bekas di tepi kampung tempat tinggalnya. Tak disangka, hasil karya Panggah diminati.

Baca Juga: Elpiji 12 Kg Naik Rp24.000, Penjual Bakso di Klaten Tak Naikkan Harga

Pesanan pot dari ban bekas mulai berdatangan dengan harga antara Rp50.000 hingga Rp150.000 per biji. Tak hanya pot, ada juga pesanan membuat mainan kuda-kudaan.

Hingga kini, Panggah masih melanjutkan hobi barunya yang bisa mendatangkan cuan dengan tetap melatih kemampuan mendalang serta memainkan gamelan di Sanggar Panggah Laras yang dia dirikan.

“Jualannya tidak menentu. Kadang bisa laku sampai sembilan, kadang dua hari atau bahkan sepekan tidak laku,” kata pria yang pernah menjadi guru seni di salah satu SMA swasta di Jakarta.

Baca Juga: Kapolres Wonogiri Ingatkan Etika Bermedsos Polwan dan Bintara Remaja

Meski masih sepi job mendalang, Panggah tetap bersyukur. Dia percaya Tuhan membukakan pintu rezeki yang halal dari jalan lain. Selain membuat kerajinan ban bekas, Panggah memiliki keahlian menjadi master of ceremony (MC) manten seiring kegiatan hajatan mulai dilonggarkan.

“Alhamdulillah masih ada acara nganten atau ngeruwat,” kata dia.

Meski demikan, Panggah tetap berharap kegiatan seni bisa kembali dilonggarkan. Para pelaku seni tradisional hingga saat ini masih kelimpungan menutup kebutuhan hidup.

Baca Juga: Kantor Terpadu Pemkab Wonogiri Senilai Rp400 Miliar bakal Dibangun 2023

“Sampai saat ini belum bisa manggung. Campur sari saja masih jarang-jarang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya