Soloraya
Selasa, 24 Juli 2012 - 22:21 WIB

September, Petani Tak Dialiri Air Waduk Ketro

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Waduk Ketro (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Waduk Ketro (Ponco Suseno/Espos/dok)

SRAGEN–Volume air Waduk Ketro yang saat ini tinggal 28%, diperkirakan hanya akan bisa digunakan untuk dua kali lagi bukaan pintu air. Setelah itu, petani harus bersiap menggunakan sumurnya untuk mengairi lahan pertaniannya.

Advertisement

Mantri Pengairan UPTD Pengairan Utara Bengawan Solo, Hartono, menjelaskan volume air Waduk Ketro saat ini sebanyak 900.900 meter kubik, dengan tinggi elevasi permukaan waduk 95.60 meter. Jumlah tersebut hanya 28% dari total volume air Waduk Ketro yang berjumlah sekitar 2,611 juta meter kubik dalam kondisi penuh.

Dengan jumlah volume air tersebut, akan cukup digunakan untuk dua kali pengaliran ke tujuh desa di Kecamatan Tanon yang memanfaatkan air dari Waduk Ketro untuk lahan pertaniannya. Biasanya dalam satu kali bukaan pintu, volume air yang dialirkan sekitar 300.000 meter kubik. “Nanti akan cukup untuk dua kali pengaliran, dan akan disisakan sekitar 300.000 meter kubik untuk hidup ikan-ikan yang ada di waduk,” jelasnya ketika ditemui Solopos.com, Selasa (24/7/2012).

Pengaliran air selanjutnya direncanakan akan dilakukan pada akhir Agustus, dan akan dilakukan selama sepekan dengan masing-masing volume air yang dialirkan perharinya sekitar 50.000 meter kubik. “Setelah itu bukaan pintu selanjutnya dua pekan setelah bukaan pintu pertama,” paparnya.

Advertisement

Bedasarkan rencana tersebut, maka aliran air dari Waduk Ketro akan berhenti pada September, dan sejak saat itu petani diimbau untuk mulai memanfaatkan sumur dalam mengairi lahan pertaniannya. “Karena Waduk Ketro merupakan tadah hujan, maka kami menunggu air penuh lagi pada saat musim hujan selanjutnya,” paparnya.

Hartono menambahkan, volume air di Waduk Ketro semakin berkurang setelah pengerukan sedimentasi terakhir pada 2009 lalu. “Setiap musim hujan sudah pasti sedimentasinya bertambah, tahun ini volume airnya sudah banyak berkurang,” jelasnya.

Oleh karena itu ia berharap agar sedimentasi pada waduk yang dimanfaatkan petani dari Desa Ketro, Slogo, Karangasem, Gabugan, Bonagung, Kalikobok, dan Tanon agar dapat segera dikeruk, sehingga volume air hujan yang dapat ditampung bias bertambah. “Saya dapat kabar katanya tahun ini akan dikeruk, ya tinggal tunggu saja kapan aksinya,” tukasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif