SOLOPOS.COM - Pengambilan sampel bebek di Karanganyar, Jumat (14/12/2012). (Kurniawan/JIBI/SOLOPOS)

Pengambilan sampel bebek di Karanganyar, Jumat (14/12/2012). (Kurniawan/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR — Penyakit flu burung atau avian influenza (AI) mulai menyerang unggas di Kabupaten Karanganyar memasuki musim penghujan ini. Dalam kurun waktu satu hingga dua bulan terakhir, ribuan unggas jenis bebek atau itik dilaporkan mati. Unggas yang mati massal tersebar di Kecamatan Jatipuro sebanyak 2.500 ekor, Karangpandan 3.000 ekor, Jaten 100 ekor dan Mojogedang 400-an ekor.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Merespons kematian massal unggas, petugas Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang melakukan pengambilan sampel selaput lendir unggas di Kecamatan Karangpandan, Jumat (14/12/2012). Kegiatan itu dilakukan dengan didampingi petugas Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Karanganyar.

Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi berbeda di Desa Ngemplak dan Dayu, Karangpandan. Selanjutnya, selaput lendir unggas yang diambil dari bagian tenggorokan dan dubur akan diuji di laboratorium. Hasil pengujian laboratorium bisa diketahui paling cepat pekan depan.

Salah seorang petugas Bidang Keswan Disnakkan Karanganyar, Fatkhur Rakhman, menjelaskan kematian massal unggas sudah terjadi sejak sekitar satu bulan lalu. Menyikapi kondisi itu, petugas Bidang Keswan Disnakkan sudah melakukan pengambilan sampel spesimen unggas di wilayah Karangpandan dan Mojogedang, sekitar tiga pekan lalu.

Sampel spesimen lalu dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) di Wates, Jogjakarta, untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya, tiga dari 15 sampel spesimen unggas yang diambil di tiga lokasi berbeda dinyatakan
positif terkena virus AI.

“Hari ini pengambilan kembali sampel selaput lendir oleh petugas Balai Karantina Pertanian Semarang. Hasilnya bagaimana kita tunggu saja, paling cepat pekan depan sudah  bisa diketahui,” katanya.

Namun Fatkhur Rakhman menjelaskan, gejala penyakit pada bebek yang diambil sampel selaput lendirnya oleh petugas BKP mirip dengan gejala penyakit flu burung. Seperti terjadinya kematian massal unggas, perut kembung, terjadi kejang-kejang, lidah menjulur keluar hingga kebutaan pada mata. Salah seorang peternak bebek asal Dusun Jatiharjo, Dayu, Karangpandan, Sularmo, 45, mengatakan 200-an bebek mudanya mati tiga bulan terakhir.

Menurut dia, bebek-bebek miliknya mati karena tidak bisa makan setelah terserang kebutaan mendadak. Akibat peristiwa itu Sularmo mengalami kerugian sekitar Rp5 juta.  “Saya dulu beli bebek saat masih kecil-kecil dengan harga Rp10.000 per ekor. Tapi saat bebek baru berusia empat bulanan malah banyak yang mati, ada 200-an ekor. Padahal bila saat itu saya jual, harga satu ekor bebek bisa mencapai Rp25.000,” ungkapnya menyesal.

Namun beruntung serangan kebutaan mendadak tidak terjadi pada seluruh bebek milik Sularmo. Saat ini dia masih memiliki 300-an bebek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya