Soloraya
Senin, 30 Mei 2011 - 07:45 WIB

Serangan antraks meluas, warga Sragen mulai resah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ANCAMAN ANTRAKS -- Terjadinya kasus kematian sapi akibat antraks di Sragen telah meresahkan warga. Penanganan cepat seperti pemusnahan bangkai sapi yang terkena antraks dan langkah-langkah pencegahan dibutuhkan agar penyebarannya tak meluas. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sragen (Solopos.com) – Serangan antraks di Kabupaten Sragen akhir-akhir ini membuat warga Bumi Sukowati menjadi resah. Warga meminta pemerintah melakukan penyuntikan massal terhadap ternak untuk mengantisipasi serangan antraks.

ANCAMAN ANTRAKS -- Terjadinya kasus kematian sapi akibat antraks di Sragen telah meresahkan warga. Penanganan cepat seperti pemusnahan bangkai sapi yang terkena antraks dan langkah-langkah pencegahan dibutuhkan agar penyebarannya tak meluas. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Seperti yang diungkapkan Ratno, 49, warga Desa Slogo, Kecamatan Tanon. Dia berharap agar ada upaya nyata dan cepat agar antraks dapat ditanggulangi dan tidak menyebar. “Takut juga kalau sampai terkena antraks, bisa rugi jutaan rupiah,” kata dia saat ditemui Espos, Minggu (29/5).

Menurut dia, langkah antisipasi yang cepat seperti dilakukan Pemkab Boyolali dengan menyuntik semua ternak yang ada di seluruh kabupaten patut dicontoh. Kondisi itu hingga kini terbukti dapat meminimalisasi penyebaran antraks. “Jangan sampai terkena baru dilakukan,” imbuh dia.

Advertisement

Menurut dia, langkah antisipasi yang cepat seperti dilakukan Pemkab Boyolali dengan menyuntik semua ternak yang ada di seluruh kabupaten patut dicontoh. Kondisi itu hingga kini terbukti dapat meminimalisasi penyebaran antraks. “Jangan sampai terkena baru dilakukan,” imbuh dia.

Ratno mengaku pernah mengalami rugi jutaan rupiah saat enam ekor kambingnya mati mendadak tahun lalu. Saat itu, dia bekerja sama dengan warga Desa Ketro, Tanon, memelihara kambing dengan sistem bagi hasil. Namun kambingnya justru mati seiring ditemukannya wabah antraks di desa tersebut pada 2010 lalu.

Menurutnya peristiwa tersebut tidak perlu terjadi lagi jika ada upaya pencegahan komprehensif berupa suntikan massal yang dilakukan secara masif di seluruh wilayah kabupaten. “Apalagi Slogo berdekatan dengan Ketro dan Sambiduwur yang ada kasus antraksnya,” ujar dia.

Advertisement

Ambil sampel darah
Sementara itu, petugas Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen mengambil sampel darah pada ratusan ekor sapi di wilayah Kecamatan Miri dan Tanon, untuk mengetahui asal bakteri antraks yang menyerang Sragen.

Sampel darah tersebut dikirim ke Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor untuk diteliti. Pengambilan sampel darah di wilayah Tanon difokuskan di Dukuh Gandu, Desa Sambiduwur dan Desa Nganti, Gemolong, Sabtu (28/5). Pemilihan sapi di wilayah Desa Nganti dilakukan karena lokasi desa itu berbatasan langsung dengan Dukuh Gandu. Sementara pengambilan sampel daerah di wilayah Kecamatan Miri sudah dilaksanakan beberapa hari lalu.

“Sampel darah yang diambil maksimal 5 cc per ekor. Khusus di wilayah Dukuh Gandu hanya 10 ekor. Yang jelas Disnakkan menargetkan pengambilan sampel darah pada ratusan ekor sapi di Miri dan Tanon. Sampel darah itu selanjutnya dikirim ke Balitvet Bogor. Sampel darah itu diteliti di laboratorium Balitvet untuk mengetahui asal bakterinya,” tegas drh Agus Toto Tribuono saat dihubungi Espos, Minggu (29/5) malam.

Advertisement

Menurut dia, penelitian sampel darah diperlukan untuk mengetahui bakteri antraks itu merupakan bakteri pendatang atau bakteri itu memang sudah lama ada di Sragen, tapi kasusnya baru muncul akhir-akhir ini. Dia menyatakan Disnakkan terus melakukan penanganan serius di empat daerah fokus kematian sapi. Dia bersama dokter hewan lainnya akan melakukan penyuntikan ternak massal tahap kedua di tiga wilayah kebayanan di Desa Brojol, Miri, pada Senin (30/5) ini.

“Penyuntikan massal dimulai sekitar pukul 08.30 WIB. Petugas kumpul di Balaidesa Brojol. Jumlah ternak yang akan disuntik sebanyak 1.041 ekor sapi, kambing dan domba. Data tersebut didasarkan pada data hasil suntikan tahap pertama beberapa waktu lalu,” tegasnya.

Terpisah, Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, DI Yogyakarta, drh Ahmad Junaidi, dalam pesan singkatnya, Sabtu, mengatakan kematian sapi secara mendadak di tiga tempat yakni di Desa Doyong Kecamatan Miri, Desa Sambiduwur Kecamatan Tanon dan di Desa Saradan Kecamatan Karangmalang menunjukkan gejala klinis dengan ciri-ciri antraks. Kendati demikian, Ahmad menyatakan tetap menunggu hasil laboratorium.

Advertisement

“Hasil laboratorium itu akan kami sampaikan segera. Kalau tidak Senin, ya Selasa. Sampel yang dikirim Disnakkan Sragen baru diterima BBVet pada Jumat sore. Nanti hasilnya bagaimana akan dikabari,” ujarnya.

aha/trh

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif