Soloraya
Jumat, 22 Februari 2013 - 06:55 WIB

SERANGAN HAMA: 60 Hektare Tanaman Padi Terkena Hama Wereng

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja sedang memanen padi di sawah di Desa Pringanom, Masaran, Sragen. Lahan pertanian di desa ini sebagian sudah terkena serangan hama wereng. (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

Pekerja sedang memanen padi di sawah di Desa Pringanom, Masaran, Sragen. Lahan pertanian di desa ini sebagian sudah terkena serangan hama wereng. (JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti)

SRAGEN – Sekitar 60 hektare tanaman padi di Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Sragen, terkena hama wereng. Akibatnya, produksi padi di desa itu turun sekitar 25%.
Advertisement

Pamong Tani Desa Pringanom, Sunarwan, menjelaskan luas lahan pertanian di Desa Pringanom sekitar 270 hektare. Pada musim tanam I kali ini, tanaman padi yang terkena hama wereng sekitar 60 hektare. “Beberapa petani terpaksa memanen padi lebih awal agar tetap bisa memanen padi, meski hasilnya berkurang,” jelasnya.

Ketika kali pertama petani mengetahui ada serangan hama wereng, kata dia, banyak petani melakukan langkah antisipasi meluasnya hama wereng dengan memberikan obat khusus. “Kalau tidak diobati, pasti tanaman padi yang terkena wereng semakin banyak,” ujarnya.

Salah seorang petani Desa Pringanom, Wagiman, mengungkapkan ketika mengetahui tanaman padi petani lainnya terkena hama wereng, ia langsung memanen padi miliknya. Tujuannya agar tanaman padi miliknya bisa dipanen. “Kebetulan sudah agak tua (umur tanaman padi). Jadi bisa segera saya panen,” ujarnya.

Advertisement

Petani lainnya, Cipto Darsono, rencananya akan memanen tanaman padi miliknya hari ini. Ia bersyukur tanaman padi miliknya tidak terkena hama wereng. “Alhamdulillah tidak terkena hama. Padahal tanaman padi yang ada di sekitarnya kena hama,” ujarnya.

Selain terkena hama wereng yang mengakibatkan penurunan jumlah produksi padi, kata Sunarwan, petani saat ini juga dihadapkan pada mahalnya ongkos buruh tani dan penggunaan mesin pemanen padi. Upah buruh tani saat musim panen bisa mencapai Rp100.000-Rp200.000/hari. “Itu pun petani masih harus menyediakan rokok dan makan,” ujarnya.
Jika pada musim tanam sebelumnya biaya penggunaan mesin pemanen padi sekitar Rp1,8 juta/hektare, saat ini bisa mencapai Rp2,5 juta/hektare. Padahal harga padi basah hanya sekitar Rp2.900-Rp3.100/kg. “Ongkos bidang pertanian kini semakin mahal,” keluhnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif