Soloraya
Senin, 18 Juni 2012 - 09:51 WIB

SERANGAN TIKUS: Petani Perlu Mengetahui Karakter Koloni Tikus

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Lutfiyah/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Lutfiyah/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Banyaknya petani di Klaten yang tidak mengetahui bagaimana sifat dan perkembangbiakan tikus, membuat petani tekor. Padi yang sudah ditanam berbulan-bulan akhirnya dimakan tikus. Cara penanganan yang tepat sebetulnya bisa menghentikan perkembangbiakan tikus.

Advertisement

Fasilitator dari Bina Swadaya Konsultan, Nanang Budiyanto, Minggu (17/6/2012), menjelaskan tikus sebenarnya hama sosial. Artinya kehidupan tikus selalu berkolini dengan membuat kelompok-kelompok tertentu. Jika dalam satu kawasan sawah koloni tikusnya sudah penuh, maka tikus yang tidak kebagian tempat tinggal akhirnya bermigrasi ke lahan sawah yang lain. “Kalau masih dalam taraf bisa dikendalikan tidak masalah. Bahayanya kalau tikus itu sudah membentuk koloni di hamparan sawah tertentu. Mereka akan beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar,” ujar Nanang. Bila sejak dini petani mengetahui perkembangbiakan ini, maka tikus tersebut bisa dikendalikan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebelum terdapat koloni, petani harus mengadakan pengamatan untuk mengetahui di mana saja lubang tikus yang masih aktif. Guna mengetahui apakah lubang itu masih aktif atau tidak, bisa dilihat apakah di dekat lubang itu terdapat jejak telapak tikus atau tidak. Bila di ujung lubang itu masih banyak jejak kaki tikus, maka di sawah itu masih ada tikusnya dan berpotensi menjadi koloni.

Membentuk Koloni Baru

Advertisement

Jika petani sering melihat ada tikus yang sering menyeberang di jalan atau di luar area sawah, imbuh Nanang, berarti tikus sudah membentuk koloni. “Itu menandakan tikus pindah tempat sebab di tempat sebelumnya sudah sesak oleh induk dan anak tikus. keturunan ketiga dari tikus biasanya diusir dari koloninya dan mencari lubang lagi. Biasanya itu terjadi bila koloninya lebih dari 240 tikus,” papar Nanang. Bila di dalam lubang itu terdapat sekam dari jerami, berarti tikus juga sudah membentuk koloni.

Selain mengamati lubang tikus di sawah, petani juga bisa mengamati perilaku tikus. Nanang mengatakan biasanya tikus mulai aktif bergerak dan bergerilya mencari makanan pada malam hari. Tikus juga memiliki sifat takut dengan manusia. Pasalnya, kata Nanang, mencium keringat manusia saja, tikus sudah takut.

Bila petani mengetahui ada lahan baru yang diserang tikus, imbuh Nanang, petani bisa menebarkan kotoran kambing yang sebelumnya digongso, ke area yang baru diserang itu. Bisa juga dengan teknik memetik lalu membalik singkong yang masih ditanam, untuk menarik dan mengusir populasi tikus. “Waktu tanaman padi masih muda tapi sudah dilakukan pengomposan, itu keliru. Seharusnya cukup dilakukan dengan pengumpanan saat awal masa tanam,” ujar Nanang.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif