Soloraya
Kamis, 20 Juni 2013 - 08:38 WIB

Serangan Tikus, Petani Semangka Gatak Sukoharjo Gagal Panen

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menyisir sisa-sisa tanaman semangka di lahan sawah milik warga Klaseman RT 001/RW 004, Rabiman, Selasa (18/6/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)


Warga menyisir sisa-sisa tanaman semangka di lahan sawah milik warga Klaseman RT 001/RW 004, Rabiman, Selasa (18/6/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO–Petani semangka di Kecamatan Gatak, Sukoharjo gagal panen akibat serangan hama tikus dan perubahan iklim yang terjadi tahun ini.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Selasa (18/6/2013), di Desa Klaseman, banyak buah semangka yang cacat akibat dimakan tikus. Selain itu, ukuran semangka juga terlihat kecil. Sisa panen itu pun dipunguti oleh warga setempat untuk dikonsumsi.

Petani semangka di Desa Klaseman, Rabiman, kepada Solopos.com mengatakan tanaman semangka seluas setengah hektare miliknya gagal panen. Ia tidak dapat memetik hasil manis dari tanaman yang ia budi dayakan sejak Mei tersebut. Padahal, ia sudah merogoh kocek cukup dalam untuk mengembangkan tanaman semangka ini. Biaya yang ia keluarkan untuk bibit, plastik rol, pupuk dan pestisida sekitar lebih dari Rp1,5 juta.

“Hasilnya nol. Tidak laku dan banyak yang dimakan tikus. Saya benar-benar rugi kali ini.”

Advertisement

Rabiman mengatakan gagal panen ini diduga disebabkan oleh faktor hama tikus dan cuaca yang tidak menentu. Biasanya, ia mendapatkan hasil sekitar Rp6 juta dari semangka yang ia tanam. Kali ini, ia bahkan tidak bisa menyebutkan berapa hasil yang ia dapatkan selama panen.

Petani lain, Taryono, pun mengungkapkan hal yang sama. Ia belum berani menanam bibit semangka karena curah hujan masih cukup tinggi. Menurutnya, semangka bisa berkembang baik dipengaruhi oleh kumbang, air dan angin. Semangka tidak membutuhkan pasokan air yang banyak. Saat curah hujan tinggi, bunga pada tanaman semangka akan mudah busuk. Saat busuk itu artinya semangka gagal berkembang dan dipastikan tidak akan panen.

Rata-rata petani di Kecamatan Gatak ini menanam semangka berbiji. Ia menyebutkan saat tumbuh normal 1.000 pohon semangka dapat menghasilkan Rp8 juta. “Seharusnya pada bulan ini sudah memasuki musim kemarau tetapi pada kenyataannya masih hujan. Kami memilih tidak menanam dulu daripada hasilnya buruk,” ucapnya.

Advertisement

Kepala UPTD Pertanian Gatak, Zainal Abidin, mengatakan hasil panen semangka tahun ini memang kurang memuaskan petani. Ukuran buah yang dihasilkan kurang besar dan rasa manis yang dihasilkan juga kurang. Hal ini menurutnya banyak dipengaruhi oleh faktor cuaca.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif