SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)–Petani di wilayah Selogiri benar-benar dibuat geram dengan serangan hama wereng cokelat yang tak kunjung mereda meski berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan dan ratusan kilogram pestisida dikeluarkan. Sebagian dari mereka memutuskan memanen padinya lebih dini.

Sebagaimana diinformasikan, tidak kurang dari 440 hektare lahan sawah di lima desa di Selogiri terserang hama wereng cokelat dengan populasi mencapai ratusan ekor per batang. Petani di lima desa tersebut, Selasa (8/6) lalu telah melakukan gerakan serentak penyemprotan hama wereng. Namun, gerakan tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang signifikan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pantauan terakhir Espos di wilayah tersebut, Kamis (10/6), kondisi areal persawahan yang terkena wereng semakin luas dan semakin parah. Sawah yang tadinya tidak terkena pun akhirnya terserang dan banyak pula tanaman yang sampai roboh karena daya hidupnya telah diisap habis oleh wereng.

Kondisi itu seperti terlihat di sawah milik Yanto Suwito, warga Desa Jaten, Selogiri. Hampir 50% dari total sawahnya seluas 700-an meter persegi, kemarin, terlihat sudah roboh dan sebagian lagi bulirnya kosong alias gabuk. Padahal dua hari sebelumnya, tanaman padi tersebut masih sehat dan diperkirakan 10 hari mendatang sudah siap dipanen.

“Saya berusaha menyelamatkan tanaman padi yang ada dengan memanennya lebih dini. Tidak tahu ini nanti dapatnya berapa. Tapi itu lebih baik daripada tidak panen sama sekali,” ujar Yanto, saat ditemui wartawan kemarin.

Mulyadi, juga Camat Selogiri, Bambang Haryanto mengharapkan petani menyelamatkan tanaman yang masih bisa diselamatkan.  Jika usianya sudah mencapai 80 hari, Bambang menganjurkan agar dipanen lebih dini. “Saat ini, para petani harus berpacu dengan wereng. Kalau sekiranya masih bisa diselamatkan dan usianya mencukupi, sebaiknya dipanen saja,” kata Bambang.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan, akan terus berkoordinasi dengan Gapoktan, termasuk kaitannya dengan rencana masa tanam (MT) III. Dinas Pertanian menganjurkan agar petani untuk sementara beralih ke palawija. Namun, kata Bambang, hal itu masih perlu dibicarakan lebih lanjut dengan para petani.

shs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya