Soloraya
Sabtu, 16 September 2023 - 07:07 WIB

Serat Racikan Borèh saha Parem, Naskah Khazanah Kosmetik di Radya Pustaka

Afifa Enggar Wulandari  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Filolog Museum Radya Pustaka, Totok Yasmiran menunjukkan salah satu manuskrip Jawa koleksi museum berjudul Serat Racikan Boreh saha Parem, Jumat (15/9/2023) (Istimewa/Museum Radya Pustaka)

Solopos.com, SOLO–Serat Racikan Borèh saha Parem: Yasan-Dalem Ingkang Sinuhun kaping IX, merupakan salah satu koleksi Museum Radya Pustaka Solo. Naskah ini bernomor katalog RP 224. Secara garis besar, serat ini berkisah mengenai khazanah kosmetik. 

Filolog Radya Pustaka Solo, Totok Yasmiran, mengatakan naskah ini menerangkan resep pembuatan bedak wangi badan. Atau dalam Bahasa Jawa disebut borèh dan parem. Naskah ditulis di Solo pada masa pemerintahan Pakubuwana IX atau sekitar 1861-1893. Sebab jenisnya Yasan-Dalem, naskah disusun atas perintah pemimpin yang berkuasa saat itu.  

Advertisement

“Naskah disusun atas perintah Pakubuwana IX dengan pengarang tanpa nama,” kata Totok kepada Solopos.com, Senin (11/9/2023).

Dilihat dari teksnya, aksara yang digunakan adalah aksara Jawa dengan kecenderungan bentuk ngetumbar atau dalam penulisan aksaranya cenderung bulat. Selain ngetumbar, aksaranya miring, terlatih atau cenderung terpola dan teratur.

Advertisement

Dilihat dari teksnya, aksara yang digunakan adalah aksara Jawa dengan kecenderungan bentuk ngetumbar atau dalam penulisan aksaranya cenderung bulat. Selain ngetumbar, aksaranya miring, terlatih atau cenderung terpola dan teratur.

Totok pun mendeskripsikan aksara yang digunakan cenderung bagus. Ada pun warna tinta yang digunakan hitam kecokelatan.

Dari sisi visual, warna sampul naskah cokelat dan bermotif. Naskah ditulis di atas kertas buku bergaris. Ukuran naskahnya 1 cm x 17 cm x 21 cm. Sedangkan ukuran teks 11 cm x 16 cm.

Advertisement

Terdapat catatan naskah pada halaman pertama bagian tengah, serta kondisi berlubang pada bagian bawah. Ada lubang pada halaman kedua bagian tengah dan bawah. Selain itu terdapat perekat atau plester. 

Ada juga pengulangan isi, yakni pada topik nomor dua dan empat, juga nomor tujuh dan delapan, terdapat kesamaan isi ramuan yang dibahas.

“Ada pembetulan dari petugas perpustakaan dengan tinta biru pada sudut kanan bawah,” kata Totok.

Advertisement

Totok mengatakan pengartian istilah boreh dan parem pada umumnya masih rancu. Hal tersebut berdasarkan temuan Tim Radya Pustaka dari berbagai keterangan yang dihimpun dari informan para penjual jamu.

Boreh dan parem merupakan bagian dari produk obat tradisional yang penggunaannya sebagai obat luar. Kata boreh berasal dari bahasa Jawa yang memiliki sinonim konyoh yang berarti ramuan dari atal yang dalam Kamus Bausastra Poerwadarminto berarti semacam batu kuning yang digunakan untuk boreh.

Kemudian kemuning, sejenis tumbuhan yang kayunya berwarna kuning. Serta pandan wangi, daunnya biasa digunakan sebagai bumbu dapur agar masakan berbau harum. Setidaknya ketiga bahan tersebut digunakan untuk menggosok badan. 

Advertisement

Sedangkan kata parem, berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti ramuan beras dan kencur serta bahan yang lain berfungsi untuk menggosok badan.

“Demikian pula ramuan boreh untuk menimbulkan bau harum bila dioleskan pada bagian tubuh. Jadi ramuan boreh lebih cenderung untuk perawatan kulit tubuh agar menjadi kuning dan berbau harum,” lanjut dia.

Dalam penggunaannya, boreh memiliki istilah-istilah menurut bagian yang dirawat. Misalnya istilah masker khusus digunakan untuk perawatan kulit wajah. Lulur atau mangir untuk perawatan kulit pada seluruh tubuh.

Beberapa jenis perawatan terhadap kulit tersebut bertujuan menjaga keawetan dan kecantikan kulit sebab bahan yang digunakan mempunya kandungan nutrisi yang berguna bagi kesehatan kulit. 

Begitu juga dengan kata parem memiliki istilah-istilah sendiri menurut penggunaannya. Misalnya istilah tapel, penggunaan param yang dibubuhkan atau dioleskan khusus pada bagian perut. Kemudian pilis, ramuan parem yang hanya digunakan di dahi hingga pelipis.

Sedangkan kata bobok, merupakan sinonim dari kata parem. Bila ditengok kembali pada naskah, sebagian besar bahan dasar yang digunakan dalam ramuan boreh dan parem adalah sama. 

“Tapi ada perbedaan yang kiranya dapat memperjelas perbedaan antara keduanya,” jelas Totok.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif