Soloraya
Sabtu, 18 Juni 2022 - 14:32 WIB

Sering Disebut Waduk Cinta, Ini Serba-Serbi Waduk Bayut Sragen

Kaled Hasby Ashshidiqy  /  Muh Khodiq Duhri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Waduk Gebyar yang juga biasa disebut Waduk Bayut terletak di Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen. (M Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Waduk Bayut merupakan salah satu destinasi wisata murah meriah yang bisa Anda jumpai di Kabupaten Sragen. Waduk yang dibangun di era kolonial Belanda ini juga sering disebut dengan nama Waduk Gebyar.

Lokasinya ada di Dusun Mbayut RT 012, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Sragen.

Advertisement

Mengutip situs resmi Pemkab Sragen, Waduk Bayut ramai dikunjungi wisatawan, baik hari biasa maupun hari libur. Tempat wisata ini cukup murah dan mudah dijangkau. Harga tiketnya Rp3.000 dan berjarak sekitar 20 km dari kota Sragen.

Ada sejumlah hal yang menarik dari waduk yang berada di ketinggian 312 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut. Berikut serba-serbi Waduk Bayut yang perlu Anda ketahui:

Advertisement

Ada sejumlah hal yang menarik dari waduk yang berada di ketinggian 312 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut. Berikut serba-serbi Waduk Bayut yang perlu Anda ketahui:

1. Punya Dua Nama

Waduk Bayut dikenal juga dengan sebutan Waduk Gebyar. Waduk ini disebut Waduk Bayut karena lokasinya di Dusun Mbayut. Menurut cerita dari para sesepuh, di lokasi tak jauh dari waduk itu terdapat makam Mbah Buyut atau orang yang dituakan di kampung itu.

Disebut Waduk Gebyar karena pengisian waduk itu menggunakan air yang dialirkan dari Dusun Segebyar, Desa Lempong, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, yang jaraknya tidak berjauhan. Keterangan itu disampaiakan salah seorang warga Sunggingan, Desa Jambeyan, Sugiyono, Solopos.com beberapa waktu lalu.

Advertisement

2. Dulunya Hutan Nanas

Sugiyono sudah menemui dua orang sesepuh dari Desa Jambeyan yang menceritakan asal muasal berdirinya Waduk Bayut ini. Cerita tentang asal penamaan Waduk Bayut dan Waduk Gebyar itu disampaikan Marto Sarimin, 85, dan Cipto Wiyono, 82. Keduanya merupakan saksi hidup pembangunan Waduk Bayut pada 1950-an.

Menurut Marto Sarimin, sebagaimana disampaikan Sugiyono, sebelum dibangun Waduk Bayut, lokasi itu merupakan hutan nanas. Warga setempat memanfaatkan daun nanas sebagai serat yang dijadikan bahan dasar pembuatan karung dan pakaian.

Lantaran jarang dibersihkan, pakaian yang terbuat dari serat daun nanas itu kerap menjadi sarang kutu. Warga sekitar menyebutnya dengan istilah tuma kathok.

Advertisement

3. Diapit Bukit-Bukit

Waduk Bayut dibangun di area persawahan. Lokasinya diapit beberapa bukit. Oleh warga sekitar, bukit-bukit itu diberi nama Gunung Kunci, Gunung Bon Jambu, dan Gunung Watu Lumbung.

Masing-masing bukit itu punya cerita latar belakang sejarah yang berbeda-beda. Menurut Cipto Wiyono, proses pembangunan Waduk Bayut dilakukan bertahap dalam waktu sekitar lima tahun.

Baca Juga: Misteri Perempuan Berkulit Mirip Ikan di Waduk Gebyar Sragen

Advertisement

4. Waduk Cinta

Peresmian waduk ini dimeriahkan pertunjukan wayang kulit. Selain difungsikan sebagai sarana irigasi, Waduk Bayut biasa dijadikan lokasi mancing. Di kalangan anak muda, sarana irigasi seluas sekitar 9 hektare itu biasa disebut Waduk Cinta.

Disebut Waduk Cinta karena bila dilihat dari ketinggian bentuknya menyerupai lambang hati layaknya daun waru. Tak jauh dari Waduk Mbayut ini juga terdapat Bukit Cinta. Tempat ini biasa dijadikan lokasi pasangan muda-mudi untuk berswafoto dengan berlatar belakang Waduk Mbayut dan Gunung Lawu.

Tertarik untuk berkunjung ke Wadut Bayut? Kuy lah..

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif