SOLOPOS.COM - Siswa SDN 2 Gumukrejo dan TK Pertiwi II Gumukrejo saat membuat tas ecoprint di sekolah mereka, Sabtu (2/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Puluhan siswa SDN 2 Gumukrejo, Teras, Boyolali, bersama TK Pertiwi II Gumukrejo mengikuti kegiatan bermain sambil belajar membuat tas ecoprint di sekolah mereka, Sabtu (2/3/2024). Kegiatan tersebut untuk mengasah psikomotorik siswa.

Mereka belajar teknik ecoprint pada tas berwarna putih polos. Pelan-pelan, mereka mengatur posisi daun ke permukaan tas tersebut dan melambarinya dengan plastik bening. Lalu, tangan kanan mereka sibuk memukulkan palu ke tas tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala SDN 2 Gumukrejo, Eti Riniastuti, menjelaskan ada 20 siswa TK dan 25 siswa SD yang ikut kegiatan tersebut. Ia menjelaskan selain mengasah psikomotorik siswa ada juga sisi kewirausahaan, kreativitas, dan kebersamaan dalam membuat tas ecoprint.

“Jadi ini bisa melatih kewirausahaan, ada sisi kreativitas karena siswa menata daun dan bunga, lalu ada sisi kebersamaan yang dilatih karena mengerjakan bersama,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di sekolahnya, Sabtu.

Ia menjelaskan daun dan bunga yang digunakan oleh para siswa berasal dari lingkungan sekitar. Eti memuji kreativitas siswa dalam membuat motif ecoprint.

Eti sengaja mengajak siswa untuk membuat ecoprint karena ingin mengajak mereka berkreasi dengan memanfaatkan barang-barang yang tersedia di sekitar sekolah.

“Kami juga menggandeng Roemah Kreatif Yusi untuk melatih anak-anak, akan tetapi guru ikut membimbing. Kreasi ecoprint baru kali pertama digelar di SD kami,” kata dia.

Sementara itu, instruktur ecoprint, Yusi Aristyani Lestari Ningrum, mengungkapkan itu merupakan salah satu program sukarela guna menularkan lifeskill kepada anak-anak setingkat TK hingga SD.

Melatih Kewirausahaan

Ia menjelaskan keahlian yang diajarkan seperti kemampuan berwirausaha sedini mungkin. Terlebih, lokasi yang dipilih bukan berada di tengah kota, akan tetapi di perdesaan.

“Bahkan di tempat yang sepelosok ini enggak boleh ketinggalan dengan kota. Di sini juga punya kemampuan lifeskill yang sama dibandingkan sekolah lain di kota,” kata dia.

Ia menjelaskan metode yang diajarkan adalah pembuatan ecoprint pounding. Yusi menjelaskan metode ecoprint pounding yaitu daun-daun langsung dipukul dan diaplikasikan dengan kain. Ini merupakan teknik paling mudah.

Yusi menyampaikan walau menggunakan metode ecoprint pounding, warna daun pada kain akan bertahan lama. Tas-tas yang digunakan untuk metode ecoprint telah ia proses mordanting.

“Selain untuk menghasilkan warna motif pada kain, ini juga bisa menjadi terapi motorik mereka [para siswa], terutama motorik halus,” kata dia.

Ia menilai siswa sangat antusias dan mengikuti instruksinya dengan baik sehingga proses pembuatan ecoprint hanya berlangsung kurang lebih 40 menit.

“Semoga ini bisa berguna bagi mereka di masa depan. Ini akan menjadi rekam jejak bagi mereka, di kemudian hari itu akan menjadi satu bekal untuk mereka,” kata dia.

Sementara itu, siswa Kelas VI SDN 2 Gumukrejo, Anindita Nirmala Salsabila, mengaku baru kali pertama membuat ecoprint. Ia menilai pembuatan ecoprint sangat mudah dan menyenangkan.

Ia berencana menggunakan tas ecoprint buatannya untuk wadah mukena. Selain itu, Anindita juga bercita-cita suatu saat bisa berwirausaha di bidang ecoprint.

“Tadi diajarin cara mengerjakannya. Pertama daun ditaruh dulu, lalu dipukul-pukul pakai palu, memukulnya sebentar sampai rata,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya