SOLOPOS.COM - Kondisi lokasi kecelakaan maut karambol dengan korban meninggal dunia sebanyak enam orang di Tol Boyolali KM 487.600 A pada Jumat (14/4/2023). (Solopos/Nimatul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Tepat setahun lalu, kecelakaan lalu lintas karambol maut mengakibatkan delapan orang meninggal dunia terjadi di tol wilayah Boyolali, Jumat (14/4/2023) dini hari. Temuan investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT menguak beberapa fakta baru.

Salah satunya, sopir truk yang menjadi penyebab kecelakaan itu ternyata baru kali pertama itu berkendara di jalur tol. Sebagai informasi, kecelakaan karambol maut tersebut terjadi di timur Rest Area 487 A Boyolali tepatnya di KM 487+600 wilayah Desa Gumukrejo, Kecamatan Teras, Boyolali.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dalam laporan investigasi yang diunggah ke publik di laman knkt.go.id yang ditandatangani Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, tertanggal 5 Januari 2024 tertulis fakta-fakta kronologi kejadian kecelakaan itu.

Tertulis dalam laporan mengenai kecelakaan di tol Boyolali itu bahwa pada Jumat, 14 April 2023, sekitar pukul 03.30 WIB, pengemudi truk trailer membawa muatan 50.009 besi beton ulir CBS tiba di ruas jalan tol Semarang-Solo. Dengan kondisi ruas jalan menurun panjang, pengemudi truk menggunakan gigi transmisi tujuh.

Berat kosong mobil penarik (tractor head) sebagaimana tertera pada dokumen uji berkala adalah 8.400 kg dan berat kosong trailer yang tertera pada buku uji berkala adalah 8.300 kg. Total berat truk trailer beserta muatan pada saat terjadi kecelakaan sekitar 66.709 kg.

Saat truk melintas di ruas jalan turunan panjang, penumpang yang berada di kabin truk trailer menyampaikan ke pengemudi truk bahwa indikator penunjuk persediaan udara tekan dalam tabung di dasbor truk trailer menyala dan dimengerti oleh pengemudi truk.

“Tidak lama kemudian laju truk trailer semakin kencang. Pengemudi truk berusaha mengurangi kecepatan dengan menggunakan service brake namun truk trailer tetap melaju kencang,” tulis dalam laporan KNKT tersebut seperti dikutip Solopos.com, Minggu (14/4/2024).

Sopir Belum Berpengalaman

“Setelah beberapa kali melakukan pengereman, indikator penunjuk persediaan udara tekan dalam tabung menyala kembali. Mengetahui indikator menyala kembali, penumpang serta pengemudi truk yang berada dalam kabin trailer panik,” tambah keterangan tersebut.

Lalu, pengemudi truk yang menjadi penyebab kecelakaan maut di tol Boyolali itu tetap berusaha mengurangi kecepatan dengan menggunakan service brake tapi kendaraan tetap melaju kencang. Pengemudi truk juga membunyikan klakson untuk memberi peringatan ke pengemudi truk kendaraan di sekitarnya.

Pengemudi truk melihat mobil penumpang Elf berpelat nomor S 7481 JA dan truk boks yang melaju di depan truk trailer. Kemudian pengemudi truk trailer membunyikan klakson dan berpindah lajur dari lajur sebelah kiri ke lajur sebelah kanan.

“Pada saat yang sama mobil penumpang Elf juga berpindah ke lajur sebelah kanan untuk mendahului truk boks. Truk trailer bergerak lebih cepat dari mobil penumpang Elf dan kecepatan truk trailer tidak bisa dikurangi sehingga truk trailer menabrak mobil penumpang Elf,” terang laporan itu.

Truk trailer kehilangan kendali dan menabrak enam kendaraan yang sedang berhenti di on ramp atau segmen bagian jalan masuk ke jalur tol dari rest area. Kecelakaan maut tersebut terjadi sekitar pukul 04.00 WIB dan kondisi cuaca saat itu tidak hujan.

Kecelakaan tabrakan beruntun di tol Boyolali ini melibatkan delapan kendaraan dan mengakibatkan delapan orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan 13 orang luka ringan. Semua korban kecelakaan dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan Arang Boyolali dan RS Indriati Boyolali.

Dalam temuan KNKT, diketahui pengemudi baru kali pertama itu dan belum mempunyai pengalaman melewati jalur tol Semarang-Boyolali. Pengemudi juga belum dilengkapi dengan risk journey management di jalur tersebut sehingga kemungkinan pengemudi belum mengenal medan dan potensi bahaya yang dihadapi.

Truk Tak Dilengkapi SRUT

Riwayat kecepatan kendaraan mulai KM 429 sampai KM 478+500 rata-rata 36,7 km/jam, di mana terdapat 17 titik pengemudi melajukan truk trailer dengan kecepatan di atas 60 km/jam dan kecepatan maksimum 85 km/jam di sekitar KM 440.

“Kecepatan terakhir yang terekam GPS adalah sekitar 63 km/jam di sekitar KM 478+500 yang kemungkinan terus melaju lebih kencang karena geometri jalan terus menurun dan sistem pengereman tidak bekerja optimal,” tertulis dalam laporan.

Diketahui truk trailer tidak memiliki Surat Registrasi Uji Tipe (SRUT). Truk trailer juga mengalami perubahan atau modifikasi sehingga bentuk, unjuk kerja, dan tipenya berubah. Kartu uji berkala diterbitkan tanpa ada SRUT. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) diterbitkan juga tanpa ada SRUT.

Temuan KNKT selanjutnya yaitu mesin truk trailer terlepas dari dudukan dan mengalami deformasi akibat kecelakaan. Kabin dan rangka tractor head juga mengalami deformasi akibat kecelakaan maut di tol Boyolali itu.

Mobil penarik memiliki sistem pengereman Full Air Brake (FAB), dilengkapi dengan enam brake chamber. Lima dari enam brake chamber dalam keadaan terdeformasi akibat kecelakaan, hanya satu brake chamber yang masih utuh yaitu pada sumbu III kanan.

Selanjutnya, KNKT menyimpulkan penyebab kecelakaan maut di Tol Boyolali setahun lalu itu karena perilaku pengemudi truk yang melakukan pengereman dengan menggunakan rem utama secara terus menerus saat melintas di ruas jalan menurun dan turunan panjang.

Akibatnya, persediaan udara dalam tabung berkurang dan kinerja rem kurang optimal. “Hal ini mengakibatkan pengemudi truk tidak dapat menghentikan laju truk trailer dan kehilangan kendali kemudian menabrak beberapa kendaraan yang sedang berhenti di on ramp [jalan dari rest area menuju jalur utama tol],” tulis laporan tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya