Soloraya
Kamis, 23 Februari 2023 - 11:31 WIB

Setelah 20 Tahun Berkarya, Pelukis Fadjar Sutardi Gelar Pameran Tunggal Ketiga

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang pengunjung mengamati lukisan berjudul Merah Marah (kanan) di TBJT Solo, Rabu (23/2/2023) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Pelukis asal Sragen, Fadjar Sutardi, 62, menggelar pameran tunggal di Taman Budaya Jawa Tengah atau TBJT Solo. Acara dimulai dengan pembukaan pameran bertajuk Moderatograp dan dibuka Kasubag TU TBJT Solo, Agus Pratomo, Rabu (23/2/2023) malam. Pameran ini berlangsung hingga Minggu (26/2/2023.

Fadjar Sutardi menggelar pameran tunggal setelah kurang lebih 20 tahun berkarya. Dia bercerita pemaran tunggal pertamanya yang bertajuk Hymne Drawing In Love digelar 2006 dan pemeran kedua bertajuk The Art Living In Allah pada tahun 2008.

Advertisement

Maderatograp merupakan pameran tunggal ketiganya yang menampilkan sekitar 160-an karya dan dua diantara tiga dimensi. 

“Kalau boleh diingat ketiganya nyambung. Pada pameran pertama mengisyaratkan ledakan syahwati, tak terkontrol tapi masih katutan keilahian. Pameran kedua berusaha mengambil memori waktu kecil yang dikenalkan huruf-huruf hijaiyah,” kata Fadjar dalam keterangan tertulis, Rabu (23/2/2023).

Advertisement

“Kalau boleh diingat ketiganya nyambung. Pada pameran pertama mengisyaratkan ledakan syahwati, tak terkontrol tapi masih katutan keilahian. Pameran kedua berusaha mengambil memori waktu kecil yang dikenalkan huruf-huruf hijaiyah,” kata Fadjar dalam keterangan tertulis, Rabu (23/2/2023).

Pada pameran ketiganya kali ini, Fadjar menampilkan lukisan-lukisan abstrak dan kaligrafi, hampir seluruh karyanya yang ada di galeri bernuansa keislaman. Menurut dia, Moderatograp dapat dimaknai sebagai keinginan untuk melarutkan diri kepada kehadirat Tuhan.

Kurator sekaligus Dosen Prodi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS Solo, Nanang Yulianto, menjelaskan arti Moderatograp yang dipilih sebagai tema itu terdiri atas dua kata moderat dan grap.

Advertisement

Menurut dia, pemilihan tema ini menjadi representasi pelukis atau perupa menjalani laku hidup. Nanang mengatakan lukisan-lukisan tersebut juga menggambarkan kehidupan sehari-hari Fadjar Sutardi.

“Pak Tadi dengan gaya visualnya seperti itu, ya jalan tengah yang dilalui oleh Pak Tardi eksekusinya seperti ini [tergambar dalam lukisan],” kata dia.

Nanang berharap pameran tunggal ini bisa memberikan warna baru dalam dunia seni rupa, khususnya di Solo. “Di Solo banyak seniman yang menghasilkan lukisan-lukisan realis, namun Pak Tardi memilih pilihan ruang yang lain,” ujar dia.

Advertisement

Dia menganggap Fadjar Sutardi berkarya melalui ekspresi seni yang cukup berbeda, yaitu bernuansa spiritualitas dan religiusitas. “Inginnya pameran ini bisa memberikan makna dan bisa memberikan keberkahan seni rupa di Solo,” tutup dia.

Salah satu karya Fadjar Sutardi yakni lukisan berjudul Merah Marah yang dilukis dengan media canvas 140×140 cm. Lukisan itu menggambarkan kemarahan Fadjar Sutardi terhadap dominasi orang asing di Indonesia. Dia menyimbolkan dengan badak dan memilih warna merah untuk merepresentasikan kemarahan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif