Soloraya
Jumat, 21 Oktober 2011 - 20:31 WIB

Sewa lahan PT KAI naik tajam, warga pilih menunggak

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi rel kereta api (JIBI/Solopos/Dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sukoharjo (Solopos.com) –Kenaikan tajam sewa lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daops) 6 Yogyakarta di sekitar Stasiun Sukoharjo sejak 2009 membuat pemanfaat lahan kelabakan. Sebagian warga penyewa terpaksa menunggak sewa karena tak kuat membayar.

Advertisement

Hal itu seperti dialami Jumiyem, 70, warga Pulosari RT 03/RW, Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo. Jumiyem mengatakan belum membayar biaya sewa tahun 2010 senilai Rp 300. 000 lebih karena tak memiliki uang. Dia mengatakan tarif sewa lahan milik PT KAI Daops 6 Yogyakarta di sekitar Stasiun Sukoharjo mengalami kenaikan tajam selama tiga tahun terakhir sejak 2009.

“Dulu-dulu sebelum tahun 2009 tidak mahal, sewa hanya sekitar Rp 50.000. Tapi tahun 2009 dan 2010 mulai naik dan selama dua tahun tagihan sampai Rp 600.000. Karena tidak punya uang saya hanya bisa membayar sekitar Rp 300.000 sewa 2009, sisanya nunggak,” ungkapnya saat ditemui Espos di rumahnya di lingkungan RT 03/RW IV Pulosari, Kelurahan Gayam, Jumat (21/10).

Jumiyem mengeluh sangat keberatan dengan kenaikan sewa lahan yang harus dibayar tahun 2011. Dikemukakan, tagihan sewa tahun 2011 semakin membengkak dengan adanya tagihan tahun 2010 yang sampai saat ini belum terbayar. Menurut Jumiyem, dengan sisa waktu yang teramat mepet sampai Senin (25/10/2011), besar kemungkinan dirinya akan kembali menunggak uang sewa.

Advertisement

Warga lain yang bertetangga dengan Jumiyem di RT 03/RW IV Pulosari, Jumadi, 60, dan Tugiman, 55, menilai kenaikan tarif sewa lahan PT KAI tahun 2011 ini tidak masuk akal. Jumadi menyebutkan biaya sewa tanah yang ditempatinya naik dari semula hanya Rp 200.000 lebih selama tahun 2010 melonjak menjadi Rp 890.000 atau empat kali lipat lebih pada tahun 2011. Sedang Tugiman mengaku sewa tanah tahun 2010 hanya di kisaran angka Rp 300.000, namun tahun 2011 menyentuh angka Rp 1,5 juta.

“Kami rakyat kecil mau makan saja sulit justru diperlakukan seperti ini. Sudah rekasa (susah-red) masih di ontang-anting< .em>. Kalau punya uang mana mungkin kami tinggal di lahan sewa, lebih baik beli sendiri,” tandas Tugiman diamini Jumadi.

Seperti dikeluhkan warga lainnya, Jumiyem, Tugiman dan Jumadi berharap PT KAI akan memberikan keringanan pembayaran sewa lahan di tahun 2011. Namun di sisi lain mereka mengaku hanya bisa pasrah karena berada di pihak yang lemah meskipun sudah menempati lahan mereka saat ini hingga sekitar 30 tahun.

Advertisement

try

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif