SOLOPOS.COM - Kepala BMKG Jateng, Sukasno, saat menghadiri apel kesiapsiagaan bencana di Lapangan Ringinlarik, Musuk, Boyolali, Rabu (23/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Jateng memperkirakan musim kemarau disertai fenomena El Nino akan berlangsung hingga awal 2024.

Kepala BMKG Jateng, Sukasno, mengatakan musim kemarau ini di Jawa Tengah sedikit berbeda dibandingkan tiga tahun lalu. Sukasno menyebut tiga tahun lalu fenomena La Nina lebih dominan. Sedangkan saat ini lebih cenderung El Nino yang dominan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Kemungkinan musim kemaraunya agak mundur sedikit,” kata Sukasno saat ditemui wartawan dalam acara apel siaga bencana di Lapangan Ringinlarik, Musuk, Boyolali , Rabu (23/8/2023).

Ia menjelaskan biasanya musim kemarau hanya sampai September. Namun, ia memperkirakan akibat El Nino musim kemarau di Jateng bisa mundur hingga Desember, bahkan hingga Januari-Februari 2024.

Sukasno menginformasikan dampak El Nino adalah berkurangnya jumlah curah hujan. Normalnya pada Desember curah hujan berkisar 150 milimeter (mm). Namun, akibat dampak El Nino, pada bulan yang sama akan kurang dari 150 mm.

“Kalau di Jawa ini, termasuk di Boyolali, dampaknya untuk Kecamatan Musuk ini sudah tiga bulan lebih tidak ada hujan. Jadi berturut-turut 90 hari,” kata dia.

Walaupun begitu, Sukasno menilai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali sudah mengantisipasi hal tersebut sesuai dengan informasi yang disampaikan BMKG pada awal tahun. Dengan prediksi kemarau panjang hingga awal 2024, Sukasno meminta masyarakat untuk melakukan langkah antisipatif.

“El Nino ini kan memicu kekeringan dan kebakaran hutan. Kekeringan terkait dengan kebutuhan air, kebakaran hutan terkait dengan perilaku masyarakat, misalnya tidak boleh membakar sampah atau apa pun untuk daerah yang rawan kekeringan,” kata dia.

Ia juga mengatakan pada musim kemarau di Jateng ini dipastikan tetap ada hujan harian. Namun, tidak akan sebanyak tiga tahun lalu. “Manfaatkan hujan harian ini untuk ditabung. Jadi kalau ada hujan, sehari dua hari, sudah dimanfaatkan saja semaksimal mungkin. Langsung ditampung,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, di Boyolali ada enam kecamatan yang dipetakan masuk dalam daerah rawan bencana kekeringan. Enam kecamatan tersebut yaitu, Musuk, Tamansari, Wonosegoro, Wonosamodro, Juwangi, dan Kemusu.

Hingga 23 Agustus 2023 ini, tercatat sudah lima kecamatan yang masuk peta daerah rawan bencana itu yang mengajukan permintaan bantuan droping air bersih, kecuali Musuk.

Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Boyolali, Rima Kusuma, menyebutkan dari Juli hingga Selasa (22/8/2023), total ada 113 tangki atau sekitar 609.000 liter bantuan air yang disalurkan ke daerah kekeringan.

Dari jumlah itu, Desa Kedungrejo, Kemusu, mendapat kiriman paling banyak mencapai sebanyak 22 tangki atau 122.000 liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya