Soloraya
Rabu, 12 Juli 2023 - 16:22 WIB

Simpang Joglo Ditutup Total, Pengamat: Pemerintah harus Bangun Jalan Baru Dulu

R Bony Eko Wicaksono  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kendala underpass joglo molor karena proses pengadaan lahan ditargetkan rampung pada Juli 2023 dan konstruksi dilakukan setelah pembayaran ganti rugi selesai. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Pelaksana proyek rel layang Joglo akan menutup total simpang Joglo pada Sabtu (15/7/2023). Penutupan itu dilakukan untuk mendukung kelancaran penyelesaian pembangunan rel layang Joglo.

Pengamat transportasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bambang S. Pujantiyo, mengatakan pemerintah harus membuat jalan baru sebelum menutup total ruas jalan.

Advertisement

“Itu sudah Standard Operational Procedure [SOP] penutupan jalan. Harus dibuat dulu jalan baru untuk pengguna jalan. Pertanyaannya, anggaran membuat jalan baru cukup besar. Itu sudah tanggung jawab pemerintah. Jadi bukan menyiapkan jalan alternatif melainkan membuat jalan baru,” kata dia, Rabu (12/7/2023).

Menurut Bambang, anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur cukup besar. Semestinya, pemerintah membuat akses jalan baru sebelum menutup total Simpang Joglo.

Advertisement

Menurut Bambang, anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur cukup besar. Semestinya, pemerintah membuat akses jalan baru sebelum menutup total Simpang Joglo.

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat penutupan simpang tujuh Joglo selama berbulan-bulan. Kemacetan lalu lintas bakal terjadi di wilayah Banjarsari dan Jebres.

“Kalau macet itu pasti macet. Penutupan jalan bakal menimbulkan kemacetan parah yang merugikan masyarakat. Rugi waktu, rugi bahan bakar umum (BBM). Biaya pembangunan infrastruktur itu kan berasal dari rakyat. Lantas mengapa justru yang dirugikan masyarakat,” ujar dia.

Advertisement

Kemudian, aspek sosial yang berdampak langsung terhadap para warga yang berdomisili di sekitar simpang tujuh Joglo.

“Masyarakat yang tinggal di wilayah Banjarsari juga dirugikan. Meski tidak bisa diukur dengan rupiah. Tapi tetap dirugikan, jadi sama saja,” papar dia.

Terakhir, penutupan jalan selama berbulan-bulan juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup. Seperti debu dan kotoran yang muncul selama pengerjaan proyek fisik di simpang tujuh Joglo.

Advertisement

Dosen Fakultas Teknik UNS itu menambahkan pemerintah harus mengoptimalkan moda transportasi umum untuk mengurai kemacetan lalu lintas.

Selama ini, layanan transportasi publik di Solo mengandalkan armada Batik Solo Trans (BST) yang melayani enam koridor ditambah enam koridor lain khusus angkutan pengumpan atau feeder.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif