Soloraya
Minggu, 23 Juli 2023 - 13:39 WIB

Singkirkan Perbedaan, Hari Anak Nasional di Lereng Merapi Boyolali Penuh Makna

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak-anak bermain dan menari bersama di halaman Sanggar Anagata Merapi, Desa Sumbung, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, pada perayaan Hari Anak Nasional, Minggu (23/7/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Perayaan Hari Anak Nasional di pelataran Sanggar Anagata di lereng Merapi Boyolali, Desa Sumbung, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Minggu (23/7/2023) pagi, berlangsung meriah dan penuh makna.

Puluhan anak berkebutuhan khusus (ABK) atau penyandang disabilitas dan non-ABK menari dan bermain bersama. Mereka bermain dengan penuh kegembiraan tanpa memandang perbedaan.

Advertisement

Sekilas, penonton tidak bisa membedakan mana ABK dan non-ABK kecuali satu orang anak penyandang autisme berseragam olahraga. Pembeda mereka hanya seragam olahraga yang dikenakan warna hijau-hitam dan juga kaus putih seragam.

Semua yang berseragam merupakan siswa SLB YPALB Cepogo. Beberapa anak yang tidak ikut menari bermain di sekitar mereka. Ada yang bermain lompat tali, jaranan, dan sebagainya yang menambah serunya perayaan Hari Anak Nasional di lereng Merapi wilayah Boyolali itu.

Advertisement

Semua yang berseragam merupakan siswa SLB YPALB Cepogo. Beberapa anak yang tidak ikut menari bermain di sekitar mereka. Ada yang bermain lompat tali, jaranan, dan sebagainya yang menambah serunya perayaan Hari Anak Nasional di lereng Merapi wilayah Boyolali itu.

Hal tersebut sesuai dengan apa yang dicita-citakan koordinator acara sekaligus pengelola Sanggar Anagata Merapi, Sarsito. “Jadi mereka [ABK] sebenarnya sama, cuma ada yang lamban sedikit atau lebih cepat sedikit dibanding non-ABK. Namun, jika diajari dengan baik juga bisa, pada dasarnya sama,” ujar dia kepada Solopos.com di sela-sela acara.

Lebih lanjut, Sarsito menyampaikan tema Hari Anak Nasional 2023 ini adalah Anak Terlindungi, Indonesia Maju. Sanggar Anagata Merapi bekerja sama untuk mewujudkan tema tersebut dengan menari, bermain, dan bergembira bersama tanpa ada sekat anak disabilitas dan non-disabilitas.

Advertisement

“Tujuannya agar anak memahami kebersamaan, hak, dan kewajibannya sebagai anak. Sebenarnya teman-teman penyandang disabilitas banyak sekali prestasinya, tapi kan kurang dilirik masyarakat,” jelas dia.

Anak-anak bermain dan menari bersama di halaman Sanggar Anagata Merapi, Desa Sumbung, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, pada perayaan Hari Anak Nasional, Minggu (23/7/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Lewat acara perayaan Hari Anak Nasional di Lereng Merapi Boyolali yang mencampurkan ABK dan non-ABK, Sarsito berharap mereka saling mengenal satu sama lain sejak dini.

Tak hanya itu, ia berharap kegiatan tersebut dapat menggugah orang tua atau orang sekeliling ABK untuk percaya kepada anak-anaknya jika mereka sebenarnya mampu sama seperti non-ABK.

Advertisement

Ajang Audisi Festival Payung Indonesia

Menurutnya, biasanya yang membatasi ABK untuk berkreasi justru keluarganya sendiri karena masih dianggap tidak memiliki potensi. Selain itu, acara perayaan Hari Anak Nasional di lereng Merapi Boyolali tersebut juga sebagai ajang audisi untuk anak penyandang disabilitas.

Sarsito menjelaskan bagi ABK terpilih akan ditampilkan dalam Festival Payung Indonesia yang rencananya diadakan di Balai Kota Solo.

Sementara itu, guru menari Sanggar Anagata Merapi sekaligus guru SLB YPALB Cepogo, Erni Krisnawati, mengungkapkan bersatunya anak penyandang disabilitas dan nondisabilitas dalam acara Hari Anak Nasional di Lereng Merapi sebagai wujud kesetaraan.

Advertisement

“Kemudian ini juga melatih mental anak-anak berkebutuhan khusus, biar mereka enggak minder dan terbiasa berinteraksi dengan non-ABK,” jelas dia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan cara mengajar seni tari ABK dan non-ABK berbeda. Jika non-ABK tidak perlu dibimbing secara intens karena sudah bisa mendengar dan lebih fokus. Namun, untuk ABK memang harus ekstra sabar dan memerlukan perhatian khusus.

Menurutnya, ada ABK yang sangat lambat dalam menerima gerakan tari, tapi ada juga yang sangat cepat. Saat tampil pun, Erni turut memeragakan tarian dan ketukan agar gerakan ABK bisa senada. Namun, hal tersebut menunjukkan jika ABK juga bisa menari sama dengan non-ABK asalkan ada kemauan untuk mengajar.

Terpisah, Ketua Yayasan Pendidikan Anak Luar Biasa (YPALB) Cepogo, Tri Mulyo, mengaku senang dengan adanya kolaborasi antara ABK dan non-ABK pada Hari Anak Nasional 2023.

Ia berharap anak penyandang disabilitas di sekolahnya dapat lebih terbiasa bergaul dengan non-ABK. Lebih lanjut, Tri mengungkapkan ada sekitar 20 ABK dari sekolahnya yang turut berpartisipasi dalam kegiatan bermain dan menari Hari Anak Nasional di lereng Merapi tersebut.

Tri berharap agenda-agenda yang melibatkan anak dengan disabilitas dapat diperbanyak. Sehingga, nantinya masyarakat akan lebih terbiasa melihat ABK di sekitar mereka.

“Anak-anak di SLB kami juga luar biasa, bahkan sempat ada yang jadi juara I dalam acara lomba menyanyi salah satu bank, itu mengalahkan juga non-ABK. Itu anak kami, tunanetra. Sekarang orangnya sudah menjadi guru, ada juara yang juara mengaji. Jadi ABK ternyata juga bisa,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif