SOLOPOS.COM - Kelompok tari asal Semarang, Phoenix Dance, menampilkan tari Seribu Tangan pada Solo International Performing Arts (SIPA) 2015 di Benteng Vastenburg, Solo, Kamis (10/9/2015) malam. Hari pertama SIPA 2015 juga menampilkan empat kelompok tari lainnya, Dance Horizon Troupe (Singapura), UPI Bandung, Bale Seni Ciwasiat (Banten), dan Rianto Dewandaru (Banyumas). (JIBI/Solopos/Abdul Aziz Prastowo)

SIPA 2015 digelar di Benteng Vastenburg diikuti belasan delegasi.

Solopos.com, SOLO – Letusan warna-warni kembang api menghiasi langit Kota Solo, Kamis (10/9/2015) malam. Pertunjukan kembang api itu membuat seribuan pengunjung yang memadati Benteng Vastenburg berdecak kagum.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tak mau kalah, pengunjung langsung menyambutnya dengan ikut menyalakan seribuan kembang api secara bersamaan. Hal itu membuat suasana di dalam benteng bak lautan kembang api.

Pertunjukan kembang api itu menjadi penanda dibukanya mahakarya seni pertunjukan Solo International Performing Arts (SIPA) 2015 di Benteng Vastenburg Solo. Pembukaan SIPA bertajuk Live in the Contemporary World tersebut menyedot seribuan pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.

Setelah pertunjukan kembang api, pengunjung disuguhkan dengan pertunjukan sang maskot SIPA 2015, Fajar Satriadi. Sang maskot yang berkolaborasi dengan para penari dari Sanggar Semarak Candra Kirana membawakan sajian tari Mandala Gula Klapa.

Tarian yang berdurasi sekitar tujuh menit tersebut mengisahkan Nusantara yang selalu memiliki semangat mengikuti perkembangan zaman. Tembang tari yang dibawakan oleh belasan penari tersebut membawa pesan kontemporer dari spirit Nusantara.

Selain sang maskot, ada lima delegasi yang tampil dalam pembukaan SIPA 2015 tersebut. Delegasi tersebut adalah Dance Horizone dari Singapura, Phoenix Dance Semarang, UPI Bandung, Bale Seni Ciwasiat Banten, dan Rianto Dewandaru Banyumas.

Dalam kesempatan tersebut Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Anies Baswedan, turut hadir untuk membuka kegiatan. Menurutnya, SIPA bukan hanya menjadi peserta yang tampil di atas panggung.

“Kegiatan ini bukan hanya milik mereka yang tampil di atas panggung tapi juga masyarakat umum. Keikutsertaan beberapa negara bahkan menjadi penanda bahwa SIPA bukan hanya menjadi milik warga Solo dan Indonesia. Tetapi juga menjadi aktivitas internasional,” ujarnya saat memberikan sambutan.

Menurutnya, SIPA tak lagi sekadar pertunjukan, namun juga pengembangan dan penciptaan beragam karya seni. Megahnya gelaran SIPA juga menandakan seni merupakan bagian dari kehidupan.

“Hal ini merupakan penanda bahwa kegiatan kesenian dan kebudayaan bukan sekadar bagian dari penghidupan, tapi kehidupan di masyarakat ini,” urainya.

Sementara, Ketua Panitia SIPA 2015, Irawati Kusumorasri, menuturkan gelaran event tersebut adalah salah satu bagian besar untuk menggali potensi kota budaya.

“SIPA lahir karena semangat menghadapi tantangan zaman. Kami memiliki keinginan untuk membumikan Solo dan Indonesia di kancah dunia,” katanya.

Sementara, SIPA 2015 total dimeriahkan oleh belasan delegasi dari dalam maupun luar negeri. Perwakilan dari dalam negeri yakni Solo, Semarang, Bandung, Banten, Padang, Bengkulu, dan Kudus. Sementara, delegasi dari luar negeri di antaranya dari Singapura, Jerman, Korea Selatan, Thailand, dan Prancis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya