Soloraya
Kamis, 10 September 2015 - 04:10 WIB

SIPA 2015 : Kolaborasi Tari Topeng Korea dan Jawa Meriahkan Hari Terakhir SIPA

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kelompok musik perkusi Ethnic Cussion tampil memukau saat pre even SIPA di Atrium The Park Mall, Solo baru, Sukoharjo, Sabtu (29/8/2015) malam. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

SIPA 2015 di hari terakhir akan menghadirkan tari topeng Korea.

Solopos.com, SOLO – Nuansa yang berbeda dalam Solo International Performing Arts (SIPA) 2015 tidak hanya dalam tata panggung. Di dalam pementasan juga akan ditampilkan sajian yang berbeda, salah satunya kolaborasi Tari Topeng Korea, Malang, dan Solo.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Ketua Panitia SIPA 2015, Irawati Kusumorasri, saat berkunjung ke PT Aksara Solopos, Rabu (9/9/2015). Saat itu, ia yang diterima Redaktur Pelaksana Solopos, Abu Nadhif, menjelaskan ada sajian khusus pada hari ketiga SIPA 2015, Sabtu (12/9/2015), selain penampilan dari boy band Rion Five dari Korea Selatan.

Sajian itu berupa kolaborasi Tari Topeng dari Korea Selatan, Malang, dan Solo dalam satu teaterikal. Iringan musik itu juga menggabungkan musik tradisi Korea Selatan dengan beberapa alat musik dari Jawa.

“Jumlah penarinya ada sekitar 25 orang yang terdiri atas 11 penari dari Korea, sembilan penari dari Malang, dan lima penari dari Solo. Sutradaranya dari Korea, sedangkan penata musiknya dari Solo yakni Mas Gendut [Dwi Suryanto] dari ISI [Institut Seni Indonesia] Solo,” katanya.

Advertisement

Ia menambahkan sebenarnya tari kolaborasi itu pernah dipentaskan di Malang pada akhir Desember lalu yang merupakan salah satu kerja sama promosi pariwisata Indonesia dan Korea. Tapi, dalam SIPA 2015, tarian itu lebih dimatangkan agar memberikan sajian yang berbeda dengan penggarapan musik yang lebih menarik. Terkait nama tarian dan musik yang disajikan, ia enggan menjelaskan lebih lanjut agar menjadi sajian kejutan.

Sementara itu, ‘Gendut’ Dwi Suryanto, menyatakan tidak mudah dalam menggarap aransemen musik untuk mengiringi tari kolaborasi tersebut. Menurutnya, ada berbagai faktor yang menjadi kendala di antaranya bahasa, tradisi, dan jenis musiknya.

“Tari Topeng dari Korea lebih banyak menampilkan teaterikal untuk memperkuat karakter topeng yang dikenakan saat menari. Jadi, musiknya lebih dinamis seperti di Tiongkok atau Jepang dengan mayoritas menggunakan alat musik perkusi dan alat tiup,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (9/9/2015).

Advertisement

Untuk mengimbangi musik Korea tersebut, ia hanya mengambil beberapa instrumen dalam gamelan di seperti balungan, kempul, gong, kendang, dan bonang. Ada 10 pemain musik yang mengiringi sajian itu, terdiri atas lima pemusik dari Korea dan lima pemusik dari Jawa.

“Kolaborasinya sekitar 20 menit. Pertama, penampilan tari topeng dari masing-masing negara dengan iringan sesuai tradisinya. Lalu, tampil menjadi satu dengan pertunjukan semi teater. Memadukannya gampang-gampang susah karena baru kali ini saya menggarap kolaborasi musik Korea dan Indonesia yang tradisinya sangat berbeda. Jadi, harus sabar untuk memberikan tampilan yang maksimal,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif