SOLOPOS.COM - Para guru penggerak berdiskusi bersama tentang teknik pembelajaran merdeka belajar yang dilaksanakan di sekolah penggerak PAUD saat Festival Panen Karya Sekolah Penggerakan di Gedung KBIH Muhammadiyah, Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen, Kamis (7/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tujuh sekolah penggerak di Kabupaten Sragen menggelar Festival Panen Karya Sekolah Penggerak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tahap I, Kamis (7/7/2022). Festival digelar di Gedung KBIH Muhammadiyah Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen.

Tersedia sejumlah stan yang memamerkan karya siswa masing-masing PAUD. Seperti karya yang ditunjukkan para guru TKIT Tazkiya Ngarum, Ngrampal, Sragen, yang mengangkat tema fenomena alam.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka memamerkan hasil karya siswa membuat gunung meletus, lumpur isap, angin tornado, dan seterusnya. Karya-karya pengenalan fenomena alam itu dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak berbahaya.

Festival tersebut dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disidkbud) Sragen Suwardi mewakili Bupati Sragen.

Baca Juga: Biar PD di Depan Anak, 50 Guru Belajar Teknik Ini

Salah seorang guru TKIT Tazkiya Ngarum, Arini, menyampaikan gunung meletus dibuat dari pasir dan tanah liat. Di dalam perut gunung buatan itu ada campuran cuka, baking soda, dan pewarna makanan. Bahan-bahan itu dikemas sedemikian rupa membentuk miniatur gunung dan dari dalamnya keluar lelehan seperti magma.

“Karya ini yang membuat anak-anak sendiri secara berkelompok. Ada videonya kalau mau melihat. Guru hanya mengarahkan,” kata Arini yang diamini guru lainnya, Finda.

Ia juga menunjukkan lumpur isap yang dibuat dari tepung kanji dan air. Dia menerangkan lumpur tepung itu kalau ditekan pelan maka bisa tenggelam dan saat diangkat tiba-tiba seperti dihisap. Sebaliknya, bisa dipukul keras, kata dia, maka lumpur itu menjadi keras.

“Untuk angin tornado dibuat dengan menggunakan minyak tanah yang dimaksuki permen mint sehingga menimbulkan gelombang di dalam minyak tanah yang berbentuk seperti angin tornado,” katanya.

Baca Juga: UT Surakarta Ajak Guru Ikut Jadi Guru Penggerak, Ini Manfaatnya

Ketua Komunitas Sekolah Penggerak PAUD Kabupaten Sragen, Heni Retnosari, menerangkan implementasi sekolah penggerak itu adalah terwujudnya peserta didik yang memiliki karakter pelajar Pancasila.

“Di Sragen ini ada tujuh PAUD yang menjadi sekolah penggerak tahap I. Sekolah-sekolah ini memiliki tujuan yang sama, yakni mencetak siswa berkarakter profil pelajar Pancasila melalui pendidikan merdeka belajar. Festival karya sekolah penggerak ini menjadi ajang apresiasi dan berbagi praktik mengajar kepada sesama sekolah penggerak,” ujar Heni.

Dia menerangkan festival sekolah penggerak ini juga diharapkan mampu memberikan ruang kepada seluruh sekolah penggerak dan menjadi inspirasi para guru PAUD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya