SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelecehan seksual (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Siswi SMP asal Kismantoro, Wonogiri, yang dihamili guru SD berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) asal Tirtomoyo, KT, saat ini dalam kondisi trauma dan depresi berat.

Hal itu diungkapkan kepala desa tempat tinggal siswi SMP tersebut saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (7/3/2023). Kepala desa tersebut berharap selain proses hukum terhadap pelaku, layanan pendampingan dan pemulihan kondisi psikologis korban juga harus diperhatikan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala desa menjelaskan saat ini kondisi mental korban belum stabil. Korban masih memerlukan perlindungan dan pemulihan baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Meski aspek hukum terhadap pelaku diproses, bukan berarti kondisi mental korban tidak diperhatikan.

Dia berharap pemerintah kabupaten dalam hal ini Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) serta Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri dapat memberikan perhatian penuh kepada korban.

Selain itu aparat penegak hukum dalam melakukan pemeriksaan juga diharapkan jangan sampai mengesampingkan kondisi psikis siswi SMP yang jadi korban dihamili guru SD di Wonogiri itu.

“Sementara, pikir saya, mereka hanya mengejar aspek hukum saja. Pendampingan ada, tapi ya itu belum optimal. Kemarin waktu BAP [berita acara pemeriksaan] kepada korban saja, korban sampai stres,” kata sang kepala desa.

Menurutnya, kondisi korban saat ini depresi berat. Korban bahkan sempat berupaya bunuh diri sebanyak dua kali. Karenanya ia mengatakan saat ini upaya pemulihan korban lebih diutamakan. 

“Bukan kami kok menutup-nutupi, bukan. Tapi saya kira, lebih baik fokus ke penanganan kejiwaan terlebih dulu, keselamatan korban lebih penting daripada aspek hukumnya,” ujar dia.

Dipaksa Minum Minuman Keras

Kondisi korban yang seperti itu, lanjut kepala desa, sangat bisa dipahami. Sebab korban masih di bawah umur dan pencabulan oleh guru SD yang membuat siswi SMP di Wonogiri itu hamil dilakukan hingga dua kali.

“Korban pergi dan menghilang dari rumah pada awal Januari dan ditemukan pada akhir Januari 2023. Ditemukan di kafe [salah satu tempat karaoke di Wonogiri],” ucapnya.”

Selain itu korban dipekerjakan menjadi pemandu lagu di salah satu tempat karaoke di Wonogiri. Di tempat karaoke itu, korban juga dipaksa meminum minuman keras (miras).

“Korban pergi dan menghilang dari rumah pada awal Januari dan ditemukan pada akhir Januari 2023. Ditemukan di kafe [salah satu tempat karaoke di Wonogiri],” ucapnya.

Kepala desa itu melanjutkan kepergian korban dari rumah karena ingin mencari pekerjaan. Kondisi keluarga korban termasuk dalam keluarga miskin. Sementara orang tuanya bercerai. Korban hanya diasuh bapaknya yang sudah lansia dan bekerja sebagai buruh serabutan.

Dua kakak perempuan korban merantau ke luar kota. Dia menambahkan kondisi sosial di sekitar rumah siswi SMP yang dihamili guru SD di Wonogiri itu tidak mendukung. Tetangga-tetangga keluarga korban pun kurang perhatian. Padahal keluarga korban masuk dalam keluarga miskin ekstrem.

Di sisi lain, orang tua korban memang jarang bersosialisasi. Selama ini, pemerintah desa selalu mendaftarkan keluarga korban sebagai penerima bantuan langsung tunai dana desa dan bantuan sosial lainnya.

Sementara itu, informasi yang diperoleh Solopos.com, guru yang hamili siswi SMP tersebut sudah ditahan di Polres Wonogiri sejak Senin (6/3/2023). Namun, dari Polres Wonogiri belum ada yang bersedia memberikan informasi.

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Wonogiri, AKP Supardi, belum memberikan keterangan terkait kasus tersebut saat dimintai konfirmasi Solopos.com, Selasa.

Pemulihan Libatkan Psikolog

Sebelumnya, Kepala Bidang P3A Dinas PPKB P3A Wonogiri, Indah Kuswati, mengatakan pendampingan dan pemulihan kondisi siswi SMP asal Kismantoro yang dihamili guru SD itu sudah dilakukan sejak Minggu (5/3/2023). Pemulihan itu melibatkan psikolog. Indah juga menyebut saat ini korban masih trauma. 

Menurut Indah, korban persetubuhan tidak selalu berkorelasi dengan kemiskinan. Namun pada kasus ini, kata Indah, korban memang dari keluarga yang tidak mampu sehingga terpaksa pergi dari rumah untuk mencari pekerjaan.

Kondisi keluarga yang demikian tersebut juga menyebabkan korban tidak mendapatkan pola asuh yang optimal dari orang tua. Kepala Dinsos Wonogiri, Kurnia Listyarini, juga mengaku mendapatkan laporan korban mengalami depresi.

Menurut Kurnia, dalam hal ini kewenangan Dinsos ada pada rehabilitasi sosial korban. Pada Selasa, petugas Dinsos menemui korban untuk melakukan asesmen.

“Kami dampingi dari sisi asesmen, kebutuhan dia apa, apakah dia perlu ke dokter kejiwaan, ke rumah sakit, atau yang lainnya. Pemerintah hadir untuk mendampingi anak dan keluarga,” kata Kurnia.

Dia melanjutkan tujuan pendampingan Dinsos Wonogiri terhadap korban yaitu untuk kepentingan terbaik bagi anak dan keluarga. Misalnya, korban yang saat in sedang hamil dipastikan agar kondisi kandungan ibu dan anak dalam kondisi sehat.

Pendampingan tim medis juga disediakan hingga korban melahirkan dengan aman dan selamat. “Yang terbaik bagi anak adalah bagaimana anak agar tetap mempunyai masa depan,” imbuhnya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya