SOLOPOS.COM - Anggota Komunitas Pemerhati Cagar Budaya (KPCB) Klaten bersih-bersih kawasan Situs Mbah Gempur, Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Minggu (6/3/2022). (Taufiq Sidik Prakoso/Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Situs Mbah Gempur berada di tengah pekarangan tak jauh dari permukiman warga di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara. Oleh warga setempat, situs itu dikenal sebagai tempat keramat.

Situs berada di tanah kas desa seluas 400 meter persegi. Kawasan itu berada di tengah pekarangan diantara permukiman. Ada pohon raksasa yang menjulang menaungi situs tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Di tempat itu, ada satu arca dengan kondisi tak lagi utuh. Selain itu, ada yoni. Di tempat itu kini sudah dipasang papan penanda kawasan situs dari Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten.

Papan nama itu sekaligus memberikan petunjuk jika situs itu dilindungi UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya. Ada sanksi yang diatur dalam UU tersebut kepada mereka yang merusak atau mencuri cagar budaya.

Baca Juga: Aksi Pegiat BCB Gotong Royong Bersihkan Situs Mbah Gempur Klaten

Kadus I Desa Jonggrangan, Heri Setiyanto, menjelaskan sejak lama kawasan yang terdapat peninggalan batu struktur candi itu dikenal dengan nama Mbah Gempur. Dia tak tahu persis sejarah situs diberi nama Mbah Gempur.

Heri menambahkan warga sekitar mengenal kawasan itu sebagai tempat keramat. Dari cerita turun temurun, di kawasan itu pada zaman dulu ada burung perkutut serta gemak atau puyuh. Ada larangan untuk memburu unggas yang ada di kawasan itu.

Baca Juga: Pengusaha Muda Asal Klaten Ini Gandeng 80 Pelaku UMKM agar Go Digital

“Di sini dikenalnya keramat. Dulu ada cerita kalau di sini itu ingon-ingon [peliharaan] Mbah Gempur berupa perkutut dan gemak. Hewan itu tidak boleh ditembak. Kalau ditembak diyakini yang menembak mati. Kalau gemak yang ada di sini itu diterkam orang, gemak berubah wujud menjadi kotoran manusia. Pernah ada yang mengalaminya ketika mencari buah dari pohon bendo, kemudian tahu ada gemak terus diterkam dan berubah menjadi itu. Kalau sekarang situasi dan kondisi sudah lain tentunya berbeda,” jelas Heri saat ditemui di Situs Mbah Gempur, Minggu (6/3/2022).

Heri menjelaskan pada zaman dulu kerap ditemukan hidangan seperti nasi, telur, serta ayam yang diperkirakan sebagai sesaji. Temuan itu terutama selepas malam Jumat. “Sekarang masih ada tetapi orang-orang tertentu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya