Soloraya
Kamis, 16 Juni 2022 - 10:57 WIB

Slamet Sering Lihat Orang Zina di Hutan Tunggangan Wonogiri

Muhammad Diky Praditia  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Slamet, 73, dan keluarga menetap di Hutan Tunggangan sejak sekitar 2013. Slamet menanam tanaman empon-empon, kopi, pisang, dan porang di hutan untuk menghidupi keluarga. Selasa (14/6/2022). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sekian lama hidup di Hutan Tunggangan Wonogiri, Slamet, 73, warga asli Desa Ngelo, Kecamatan Jatiroto, mengaku sering melihat orang berbuat maksiat. Mereka sering melakukan hal tak senonoh di tengah hutan.

Slamet mengaku sering melihat pakaian dalam laki-laki dan perempuan berserakan di hutan. Tak jarang ia bersitegang dengan orang-orang yang kerap datang ke hutan untuk bermaksiat.

Advertisement

Kendati demikian, Slamet tetap bertahan tinggal di hutan yang memberinya ketenangan. Diberitakan sebelumnya, dia menetap di hutan sejak 2013.

Sebelumnya dia merantau ke Bengkulu bersama istri dan 13 anaknya. Pada 2013, dia dipanggil guru ngajinya untuk pulang ke rumah.

Advertisement

Sebelumnya dia merantau ke Bengkulu bersama istri dan 13 anaknya. Pada 2013, dia dipanggil guru ngajinya untuk pulang ke rumah.

Saat tiba di Wonogiri dari tanah perantauan di tahun 2013, Slamet tidak mempunyai tempat tinggal sendiri. Dia menyewa rumah di Desa Ngelo. Ia sempat berwiraswasta namun merugi hingga mempunyai utang Rp18 juta. Lalu, dia pergi ke Hutan Tunggangan Wonogiri dan mendapat ketenangan.

“Namanya orang kalut banyak utang, saya pergi ke hutan untuk mendinginkan pikiran. Di hutan, saya merasa tenang,” katanya saat ditemui Solopos.com, Selasa (14/6/2022).

Advertisement

Jualan Soda

Dia lantas berinisiatif menjual minuman bersoda di jalan hutan yang menghubungkan Kecamatan Jatiroto dan Tirtomoyo. Slamet yang tinggal di Hutan Tunggangan Wonogiri itu lantas berjualan nasi yang ternyata juga laris manis.

“Saya berinisiatif berjualan dua krat Sprite di jalan hutan [menghubungkan Kecamatan Jatiroto dan Kecamatan Tirtomoyo], ternyata laku. Seiring berjalannya waktu, saya tambah berjualan nasi dan laku keras dibeli orang lewat,” sambung dia.

Singkat cerita, Slamet berhasil berjualan aneka makanan dan minuman di jalan hutan tersebut. Guna mempermudah berjualan, ia membangun rumah dan menetap di sana. Halangan dan rintangan pernah ia hadapi selama bertempat tinggal di hutan tersebut.

Advertisement

Baca juga: Hidup di Hutan Wonogiri & Raup Ratusan Juta, Slamet Bikin Iri Warga

Setelah beberapa waktu menetap di Hutan Tunggangan Wonogiri, Slamet mencoba mengolah lahan. Dia menanam kopi, pisang, kunyit, jahe, talas, hingga porang. Semu tanamannya tumbuh subur yang menjadi sumber rezeki bagi dirinya.

“Setelah beberapa waktu di sini, saya mencoba menanam tanaman kopi, pisang, kunyit, jahe, dan talas. Belakangan saya menanam porang. Pisang yang yang ditanam lebih dari 500 pohon, sementara jahe dan kunyit bisa sampai puluhan ton kalau dipanen. Porang yang ditanam seluas satu hektare,” kata dia.

Advertisement

Ia mengaku pernah menjual hasil panen tanamannya puluhan hingga ratusan juta. Meski demikian, tanamannya kerap diganggu monyet-monyet di Hutan Tunggangan Wonogiri. Hasil panen pun tidak maksimal. Tetapi hal itu tidak menyurutkan dia untuk terus menanam. Baginya, rezeki sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif