SOLOPOS.COM - Anak-anak bersekolah di SLBN Boyolali, Senin (17/10/2022). SLBN Boyolali telah terapkan Kurikulum Merdeka. (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Boyolali hampir genap satu semester menerapkan kurikulum merdeka sejak kali pertama penerapannya pada ajaran 2022/2023.

Dengan jumlah siswa 161 meliputi siswa difabel netra, difabel rungu, difabel grahita, difabel daksa, dan autis, penerapan kurikulum merdeka di SLB dilakukan secara bertahap.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tahapannya mulai di tingkat SD LB, SMP LB, dan SMA LB.

Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum di SLBN Boyolali, Sri Sihwati, mengatakan kelas yang menerapkan kurikulum merdeka pada 2022 dilakukan secara bertahap di tingkat SD kelas I dan IV, SMP kelas VII, dan SMA kelas X.

Sebelum kurikulum merdeka diterapkan, Endah menjelaskan, SLBN di Boyolali menggunakan kurikulum 2013 sesuai pedoman dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Baca juga: Pengelola SLB di Wonogiri Tetap Bertahan di Tengah Minimnya Donatur

“Memang kurikulum di SLB ada kekhususan. Dan sudah disesuaikan dengan masing-masing jenjang, dan masing-masing kekhususannya. Misalnya di SD LB ada kurikulum untuk tunanetra sendiri, untuk tunarungu sendiri, tunagrahita sendiri, tunadaksa sendiri. Jadi kalau penyusunan perangkat pembelajaran di SD pada umumnya sama, tapi kalau SLB sesuai dengan kekhususan masing-masing,” ucap dia kepada solopos.com melalui WhatsApp, Senin (17/10/2022).

Dalam kurikulum merdeka tersebut, terdapat satu capaian pembelajaran (CP) yang perlu dilewati oleh setiap siswa di SLBN Boyolali sesuai fasenya. Untuk fasenya, kata Wati, disesuaikan dengan usia anak masing-masing.

Sementara itu, Kepala Sekolah SLBN Boyolali, Endah Dwi Hastuti mengatakan CP dalam kurikulum merdeka menggantikan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar (KIKD) dalam kurikulum 2013.

“Dalam kurikulum 2013, KIKD dan kekhususan siswa ditentukan oleh pusat, mata pelajarannya, bahkan sampai buku panduan bagi guru dan siswa sudah disiapkan dari pusat. Meskipun begitu, guru masih diberi keleluasaan mengembangkan literasi buku,” ucap dia saat ditemui Solopos.com di SLBN Boyolali, Senin (17/10/2022).

Kurikulum merdeka dianggap lebih memberikan keleluasaan guru dalam menyusun KIKD. Endah mengatakan kurikulum merdeka memberi kemerdekaan bagi guru menyusun KIKD sepanjang masih dalam satu koridor, mengacu pada regulasi yang ada.

Baca juga: Siswa SLB Giri Wiyata Dharma Wonogiri Divaksin, Orang Tua Ketakutan

“Jadi sudah ada CP nya, sudah ada fase-fase nya, tinggal masing-masing guru memberikan assesment [ujian] untuk peserta didiknya. Setelah itu, menentukan peserta didiknya masuk di fase mana,” ucap dia.

Setelah dilakukan assesment guru di SLBN Boyolali diberi kemerdekaan untuk menentukan CP siswa. Guru bisa memilih mana CP yang mesti diberikan dahulu kepada masing-masing siswa sesuai kemampuannya. Fase tersebut meliputi fase A, B, C, D, E, hingga F.

Selanjutnya, dalam proses penyusunan kurikulum 2013 mengenal istilah silabus dan RPP. Dalam kurikulum merdeka, dikenal istilah alur tujuan pembelajaran (ATP) dan modul pembelajaran (MA).

“Dulu, silabus ada dari pusat, tinggal membuat RPP-nya. Kalau saat ini [kurikulum merdeka], guru diberi kemerdekaan untuk menyusun sendiri supaya benar-benar sesuai apa yang dibutuhkan anak-anak ,” ucap dia.

Baca juga: TENAGA KEPENDIDIKAN SOLO : Kebutuhan Guru di SLB Masih Tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya