SOLOPOS.COM - Petani ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo, Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali saat menunjukkan ikan yang mengalami kematian massal, Minggu (1/1/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, melalui Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Nurul Nugroho, Selasa (3/1/2023), mengatakan ada beberapa cara untuk mengantisipasi kematian ratusan ton ikan di pertanian keramba jaring apung (KJA) WKO Boyolali akibat upwelling. 

1. Rasionalisasi KJA

Salah satunya yakni rasionalisasi KJA di WKO Boyolali. Jumlah KJA kemungkinan bakal dikurangi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

2. Waspada Cuaca Ekstrem

Selanjutnya, Nugroho juga berharap petani KJA bisa lebih berhati-hati dalam menghadapi cuaca ekstrem seperti sering melakukan pemantauan. Ia menjelaskan pemantauan bisa dilakukan secara visual.

“Misal dua sampai tiga hari enggak ada sinar matahari bisa menggeser kerambanya ke tempat yang lebih aman. Kemudian sistem budidaya bisa beralih dari konvensional ke SMART KJA,”

3. Smart KJA

Tak kalah penting, yakni penerapan sistem SMART KJA.

Nugroho menjelaskan SMART KJA merupakan program baru dari kementerian. Ia menjelaskan kepanjangan dari SMART adalah Sistem Manajemen Air dengan Resirkulasi dan Tanaman Air.

Dengan program SMART KJA maka sisa pakan yang ada di bawah air dapat disedot ke atas untuk dimurnikan dengan tanaman sayur-sayuran. Ia berharap pelaku budidaya konvensional dapat beralih ke SMART KJA.

“Sebagai gambaran kalau di Bulu Serang yang kejadian ini, setiap hari mereka produksi ikan sekitar 5 – 7 ton. Kemudian, pakan yang ditebar per hari rata-rata 7 ton. Bayangkan, dalam setahun ada berapa ribu ton pakan yang diaplikasikan ke waduk,” jelas dia.

Ia menambahkan sisa pakan ribuan ton itu mengendap di bawah kemudian menjadi racun amonia. Begitu ada fenomena upwelling, maka amonia kaan naik dan akan terjadi kematian ikan secara massal.

“Ikan yang mati karena amonia itu kan cepat membusuk jadi enggak bisa dijual. Paling banter 10 persen bisa dijual, 90 persen jadi bangkai jadi hanya bisa dibakar atau dikubur. Ikan yang mati di kolam kami sarankan untuk segera dibuang karena akan memicu timbulnya penyakit baru,” ujar dia.

Kematian

Kematian ikan secara massal di Waduk Kedung Ombo (WKO) Dusun Bulu Serang, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali mulai Sabtu (31/12/2022) akibat fenomena upwelling berpotensi pada pengaturan rasionalisasi jumlah keramba jaring apung (KJA).

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, melalui Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Nurul Nugroho, mengungkapkan nantinya Disnakkan Boyolali akan secara rutin melakukan monitoring kualitas air secara rutin.

Kemudian akan merekomendasikan untuk rasionalisasi jumlah dan rezonasi KJA. Ia menjelaskan terkait rasionalisasi Disnakkan Boyolali sebatas merekomendasikan karena pengelola yang berwenang adalah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.

“Rasionalisasi itu semisal saat ini di Bulu ada 700 – 800 petak keramba. Nah, nanti ada kajian dari BBWS terkait daya dukung perairan berapa. Misal daya dukung 300 petak berarti ya dikurangi 400. Misal 500 ya dikurangi 200,” ujarnya kepada Solopos.com, Selasa (3/1/2022).

Nugroho menyampaikan tetap akan ada potensi pengurangan keramba di Desa Wonoharjo akan tetapi menunggu kajian dari BBWS Pemali Juana. Ia menjelaskan BBWS Pemali Juana telah melakukan kajian di WKO area Sragen, akan tetapi untuk Boyolali belum dilaksanakan.

Ia juga mengungkapkan pada Selasa sore ini akan ada kunjungan dari jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dan dari Disnakkan Boyolali.

“Bersama jajaran akan ke lokasi terdampak fenomena upwelling di Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo dalam rangka audiensi dengan kelompok tentang kebutuhan dan penanganan pasca-dampak kematian massal ikan karena upwelling,” jelasnya.

Lebih lanjut, Nugroho menjelaskan berdasarkan data terakhir pada Senin (2/1/2023) malam terdapat kematian sekitar 200 ton dengan kerugian sekitar Rp5,4 miliar dari 37 petani terdampak.

Walaupun begitu, ia menjelaskan kondisi air pada hari ini sudah mulai membaik dilihat dari parameter kualitas air secara fisik dan kimia. Secara fisik, ia menjelaskan kondisi perairan mulai cerah.

Nugroho mengatakan tim dari Disnakkan Boyolali telah melakukan pengecekan air pada Selasa pagi.

“Untuk DO [drop oksigen] hari ini 4,7 mg/L, suhu 29 – 30 derajat celsius, pH 6 – 7, kemudian Nitril 0,01 mg/L. Tindakan yang perlu dilakukan petani adalah menaikkan DO yang masih rendah di bawah 5 mg/L yaitu dengan menggunakan pompa,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan Disnakkan Boyolali sudah mengirimkan surat ke Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.

“Kami minta ada program untuk meringankan dampak kejadian seperti bantuan benih atau pakan. Seperti kemarin di Semarang ada banjir rob, teman-teman yang di pesisir dapat bantuan benih,” ujar dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya