Soloraya
Kamis, 18 Januari 2024 - 20:06 WIB

SMK di Wonogiri Akui Hadapi Banyak Kendala saat Salurkan Lulusan Ke Dunia Kerja

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelajar SMKN 1 Wonogiri jurusan Tata Boga praktik membuat kue di ruang praktikum sekolah, Kamis (18/1/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sekolah-sekolah menengah kejuruan atau SMK di Wonogiri mengakui mengalami banyak kendala dalam menyalurkan lulusan mereka ke dunia kerja. Kendati demikian, tidak berarti lulusan SMK itu menganggur dalam waktu lama.

Mereka hanya butuh waktu untuk terserap ke dunia kerja yang sesuai dengan keterampilan yang mereka dapat selama bersekolah. Wakil Kepala SMKN 1 Wonogiri, Hari Setyawan, mengatakan ada banyak variabel mengapa lulusan SMK tidak terserap di pasar kerja.

Advertisement

Dia mengatakan banyak lulusan SMK itu tidak percaya diri ketika mengikuti seleksi perekrutan tenaga kerja di suatu perusahaan. Mereka seperti belum siap ketika menghadapi ujian, terutama saat wawancara meski keterampilan yang mereka miliki sudah mumpuni.

Padahal, menurutnya, dalam dunia kerja, keterampilan teknik saja tidak cukup. Perusahaan juga akan mempertimbangkan soft skills calon tenaga kerja seperti karakter percaya diri, kemampuan memecahkan masalah, dan disiplin.

Sejumlah perekrut kadang mengeluhkan ketidakpercayaan para lulusan SMK itu pada kemampuan diri mereka ketika menghadapi ujian. Hari menyampaikan banyak pertimbangan para fresh graduate SMK yang sebenarnya tidak substantif.

Advertisement

Misalnya mereka tidak ingin bekerja di suatu perusahaan karena teman dekat mereka tidak bekerja di perusahaan yang sama. Hal itu bisa dipahami karena bisa jadi mereka belum cukup dewasa dan belum terlalu terdesak secara ekonomi.

”Hal-hal seperti itu yang kadang justru menghambat mereka untuk segera terserap dalam dunia kerja,” kata Hari saat berbincang dengan Solopos.com di SMKN 1 Wonogiri, Kamis (18/1/2024).

Hari juga tidak memungkiri ada beberapa jurusan yang sebenarnya kurang relevan dengan kebutuhan lapangan kerja. Dia mencontohkan lulusan SMK jurusan Akuntansi dan Administrasi Perkantoran saat ini kurang dibutuhkan perusahaan-perusahaan karena mereka lebih memilih lulusan sarjana atau diploma pada jurusan yang sama.

Kendati demikian, tidak berarti para lulusan jurusan itu tidak mendapatkan pekerjaan. Mereka biasanya tetap bekerja di perusahaan-perubahan padat karya sebagai tenaga administrasi atau di perusahaan retail.

Advertisement

Daya Tahan Masih Lemah

Kendala lain, lanjut Hari, ada beberapa kasus para lulusan SMK pada umumnya tidak tahan dengan iklim dunia kerja. Mereka kadang lebih memilih keluar dari suatu perusahaan atau industri misal hanya gegara diperingatkan atasan.

“Daya tahan mereka dalam dunia kerja itu seperti masih lemah, dan sekarang itu menjadi problem umum,” ujar dia. Menurut dia, alasan lain lulusan SMK banyak terekam sebagai pengangguran karena sistem kerja outsourcing.

Kebanyakan lulusan SMK bekerja sebagai tenaga outsourcing di industri yang dikontrak satu-empat tahun. Ketika selesai kontak, mereka harus menunggu dan mencari lagi pekerjaan. Sementara itu, biasanya tenaga outsourcing dibatasi umur maksimal 25-27 tahun.

“Setelah itu mereka bingung mau bekerja di mana. Mereka inilah yang mungkin juga terekam sebagai pengangguran lulusan SMK,” ucap dia.

Advertisement

Hari menjelaskan sebenarnya sekolah sudah berupaya keras agar lulusan SMK itu bisa langsung terserap ke pasar kerja. Sebelum para lulusan SMK menjalani rekrutmen, mereka terlebih dulu diberi pembekalan. Pembekalan itu dilakukan agar mereka siap menghadapi ujian rekrutmen mulai dari uji tulis hingga wawancara.

Di samping itu, sekolah juga sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang relevan dengan jurusan yang dimiliki. Setiap tahun perusahaan itu datang dan melakukan rekrutmen di sekolah. “Kami ada BKK [bursa kerja khusus] yang menyiapkan lulusan itu tersalur ke industri,” jelas dia.

Hari menyebutkan sepertiga dari 390 lulusan SMKN 1 Wonogiri melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara sisanya langsung bekerja. Selama dua-tiga bulan setelah lulus, para fresh graduate itu biasanya sibuk mencari atau menunggu proses rekrutmen kerja.

“Kalau sudah setahun, bisa dikatakan semua lulusan sudah bekerja. Mereka sudah terserap di perusahaan-perusahaan,” ucap Hari.

Advertisement

Wakil Kepala SMKN Pracimantoro, Bambang, memaparkan banyaknya pengangguran dari lulusan SMK karena di Wonogiri lulusan dari sekolah kejuruan itu lebih banyak dibandingkan lulusan SMA atau perguruan tinggi.

Undang HRD dan Praktisi ke Sekolah

Dia tidak terlalu sepakat dengan pandangan yang menyebut beberapa jurusan di SMK tidak lagi relevan dengan kebutuhan lapangan kerja. Sebab pada kenyataannya mayoritas lulusan SMKN Pracimantoro baik dari jurusan Perhotelan, Kuliner, Akuntansi, dan Teknik Jaringan Komputer mayoritas terserap di pasar kerja.

”Kalau dibilang lulusan SMK kalah saing dengan sarjana juga tidak selalu begitu. Bahkan secara skill, lulusan SMK ini tidak kalah dengan mereka. Kalau hitungan kasar, lulusan kami 60% lebih itu pasti terserap di perusahaan, kemudian sisanya berwirausaha,” jelas Bambang.

Dia menambahkan berbagai upaya terus dilakukan untuk menyiapkan lulusan SMK tetap relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Dia mencontohkan para siswa wajib praktik magang di industri minimal selama enam bulan.

Sekolah juga mendatangkan para HRD atau praktisi untuk menjadi guru tamu, sehingga siswa bisa tahu gambaran dunia kerja. Selain siswa, guru juga melakukan magang industri agar tahu perkembangan ilmu di industri.

”Hanya, kadang memang terkendala dengan sarana dan prasarana yang kurang mampu mengejar sesuai perkembangan zaman yang cepat berubah,” ujar dia.

Advertisement

Sebelumnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri yang dipublikasikan dalam Berita Resmi Statistik Keadaan Ketenagakerjaan Wonogiri 2023 mencatat jumlah angkatan kerja di Wonogiri sebanyak 713.252 orang atau bertambah 123.671 orang dibanding 2022.

Dari jumlah itu, sebanyak 13.730 atau 1,92% menjadi pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Wonogiri disebut paling rendah se-Jawa Tengah.

Di sisi lain, lulusan SMK tercatat paling banyak menyumbang pengangguran terbuka yaitu 5,83% atau setara 800 orang. Lulusan SMP menjadi penyumbang pengangguran tertinggi kedua yaitu sebanyak 300 orang atau 2,19%. Disusul lulusan SMA yang menyumbang pengangguran sebanyak 221 orang atau 1,61%.

Sebagai informasi, jumlah SMK di Wonogiri baik swasta maupun negeri sebanyak 45 sekolah. Sedangkan jumlah SMA sebanyak 21 sekolah. Lulusan SMK hampir dua kali lipat dari lulusan SMA setiap tahunnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif