Soloraya
Jumat, 19 November 2021 - 18:20 WIB

SMP Muhammadiyah 11 Kedawung Sragen Deklarasi Anti Perundungan

Wahyu Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Murid tampil pada Roots Day untuk mengkampanyekan anti perundungan di SMP Muhammadiyah 11 Kedawung, Sragen, Jumat (19/11/2021). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN — Belasan poster anti kekerasan terpasang pada dinding kelas SMP Muhammadiyah 11 Kedawung, Sragen, Jumat (19/11/2021). Di sudut lain, dua mahasiswa asing dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berbagi cerita mengenai adaptasi budaya selama di Indonesia kepada para murid.

Sekolah mengundang seluruh murid, orang tua, komite sekolah, anggota TNI/Polri, dan pemerintah kecamatan untuk merayakan Roots Day. Roots Day adalah sebuah gerakan untuk menyetop perundungan di lingkungan belajar anak dalam rangkaian Program Sekolah Penggerak.

Advertisement

Mereka hadir untuk menyaksikan karya para murid yang mewakili setiap kelas dan hasil proyek Program Sekolah Penggerak. Karya itu antara lain berupa pupuk organik. Para pihak berkepentingan juga diminta berkomitmen dalam mewujudkan gerakan anti perundungan.

Kepala SMP Muhammadiyah 11 Kedawung, Natsir Rosyidi, menjelaskan pihaknya bersama sejumlah pihak berkomitmen mewujudkan sekolah yang nyaman, anti perundungan, dan mampu menghasilkan siswa yang berprestasi.

Advertisement

Kepala SMP Muhammadiyah 11 Kedawung, Natsir Rosyidi, menjelaskan pihaknya bersama sejumlah pihak berkomitmen mewujudkan sekolah yang nyaman, anti perundungan, dan mampu menghasilkan siswa yang berprestasi.

Baca Juga: Mau Diresmikan Bupati Sragen, Jembatan Wisanggeni Terendam, Batal Deh

“Ini semua berpusat pada siswa. Hari ini yang pentas dan kampanye merupakan siswa agen perubahan dari perwakilan 30 siswa yang telah mengikuti pelatihan pencegahan perlindungan. Setiap kelas ikut memamerkan hasil karyanya masing-masing,” kata dia kepada Solopos.com.

Advertisement

“Yang terakhir jangan sampai kekerasan fisik yang memukul melukai bisa menjadi perkelahian,” paparnya.

Menurut dia, pelaku perundungan bisa disebabkan beberapa faktor. Antara lain pengaruh lingkungan sekitar maupun ekonomi keluarga sehingga anak terpaksa melakukan pemalakan. Semua orang memiliki peran untuk mencegah adanya perundungan.

Baca Juga: Jembatan Batal Diresmikan Bupati Sragen, Warga Tetap Gelar Acara

Advertisement

Mutu Pendidikan

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kedawung, Giyanto, mengatakan Program Sekolah Penggerak merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Butuh dukungan semua pihak supaya program berhasil sebab hanya enam SMP di Sragen terpilih sebagai sekolah penggerak.

“Standar kelulusan yang harus memiliki pengetahuan yang baik dengan memiliki keterampilan yang mumpuni, karakter yang produktif, dan positif sebagai bekal untuk kehidupan bermasyarakat,” paparnya.

Keterampilan yang melibatkan siswa dengan sejumlah proyek pada Program Sekolah Penggerak membuat murid dapat mengimplementasikan pengetahuan, berkolaborasi dengan teman sekolah, dan membangun sikap saling menghargai dalam kelompok.

Advertisement

Baca Juga: Tanggul Jebol, 120 Keluarga di Pilang Sragen Terancam Banjir

Salah satu orang tua murid, Sulis Dianti, 39, mengatakan memilih sekolah Muhammadiyah dibanding sekolah lain karena ada mata pelajaran agama lima kali sepekan. Selain itu, SMP Muhammadiyah 11 Kedawung memiliki sejumlah ekstrakurikuler yang yang membentuk karakter murid. Terlebih sekarang menjadi salah satu dari enam SMP yang menjalankan Program Sekolah Penggerak di Sragen.

“Kami bersyukur dan mendukung program ini anak-anak lebih nyaman sekolah di SMP Muhammadiyah 11,” kata alumni SMP Muhammadiyah 11 Kedawung angkatan 1996 tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif