Soloraya
Selasa, 18 Januari 2022 - 20:01 WIB

Soal Bank Sampah di Tiap RW untuk Papi Sarimah, DLH Solo: Dikaji Dulu!

Ika Yuniati  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menimbang sampah yang telah dipilah di RW 013 Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa/Siswati)

Solopos.com, SOLO — Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Solo mengaku keberadaan bank sampah sangat penting dan diperlukan untuk menunjang program Paksa Pilah Sampah dari Rumah (Papi Sarimah). DLH menyatakan akan mengkaji kemungkinan membangun bank sampah di tiap RW Kota Solo.

Seperti diketahui, salah satu masalah yang muncul dalam penerapan Papi Sarimah di Kecamatan Banjarsari sebagai inisiator program itu yakni masyarakat kesulitan menyalurkan sampah nonorganik yang sudah dipilih. Dalam SE Camat Banjarsari disebutkan warga bisa menyalurkan dan membuang sampah nonorganik ke bank sampah.

Advertisement

Masalahnya, jumlah bank sampah di Kecamatan Banjarsari, Solo, belum terlalu banyak. Muncul usulan agar Pemkot Solo membuat satu bank sampah untuk tiap RW agar memudahkan warga membuang sampah nonorganik. Apalagi sesuai instruksi Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, Papi Sarimah bisa diterapkan di semua kecamatan.

Baca Juga: Seriusi Instruksi Gibran, DLH Solo Ajak 5 Camat Bahas SOP Papi Sarimah

Advertisement

Baca Juga: Seriusi Instruksi Gibran, DLH Solo Ajak 5 Camat Bahas SOP Papi Sarimah

Pantauan Solopos.com, penerapan Papi Sarimah di Banjarsari menjadi salah satu bahan diskusi saat musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo di Hotel Paragon, Selasa (18/1/2022).

Dalam diskusi kelompok terbatas tersebut Kepala DLH Solo, Gatot Sutanto, mengatakan bakal mengkaji usulan satu bank sampah per RW. Menurut Gatot, banyak kemungkinan program yang bakal mereka kerjakan untuk menindaklanjuti Papi Sarimah.

Advertisement

Baca Juga: Agar Maksimal, Papi Sarimah Solo Harus Ditopang Bank Sampah di Tiap RW

Gatot mengatakan PLTSa bisa mengolah sampah TPA Putri Cempo yang saat ini menggunung hingga setinggi 28 meter. Sampah tersebut diperkirakan bisa habis setelah sepuluh tahun diproses.

Selama sepuluh tahun menunggu, DLH menyiapkan program pengolahan yang mendekati ideal untuk sampah baru. “Ya masih kami kaji seperti apa. Nanti kami diskusikan lagi,” katanya.

Advertisement

Sementara itu, sampai sekarang ini DLH Solo belum juga menyiapkan petunjuk teknis (juknis) pengelolaan sampah anorganik hasil pilah program Papi Sarimah. Pemkot membebaskan warga mau menjualnya ke pengepul atau lewat bank sampah.

Baca Juga: Papi Sarimah Solo, Warga Bingung Mau Salurkan Sampah Nonorganik ke Mana

Program di Kecamatan Banjarsari bakal dikaji ulang setelah sebulan atau dua bulan berjalan. Sementara, belum ada instruksi detail pelaksanaan di wilayah lainnya. Namun, Gatot, mengatakan saat ini kecamatan lain sudah mulai mempersiapkan diri.

Advertisement

Kampung Iklim

Salah satu pertimbangan Gatot soal bank sampah yakni kekhawatiran menampung sampah anorganik terlalu lama di rumah sehingga terjadi penumpukan. Pengalaman selama ini, jumlah sampah harian tak sebanyak petugas pengambilan sampah.

Ia juga khawatir warga susah mencari tempat untuk markas bank sampah. Sejauh ini mereka memprioritaskan ruang kosong sebagai ruang terbuka hijau [RTH]. “Bank sampah per-RW mangga, kita akan kaji. Memang dari pusat kalau ada apa-apa, kalau ada lomba yang ditanya selalu ada bank sampah apa tidak. Ya, nanti kita akan kaji,” katanya lagi.

Baca Juga: Gibran Puji Papi Sarimah Banjarsari, Kecamatan Lain Diminta Meniru

Ketua Gerakan Orang Muda Peduli Sampah (Gropesh) sekaligus Ketua Komunitas Bank Sampah Kerjanyata Solo Raya, Denok Marty Astuti, dalam diskusi menegaskan muara pilah sampah memang akan lebih efektif jika disalurkan ke bank sampah. Hal itu bakal membuat pengolahan sampah lebih terukur mulai dari beratnya, hingga rupiah yang dihasilkan masyarakat.

Usulan satu RW satu bank sampah, kata Denok, bukan tanpa alasan. Penetapan Program Kampung Iklim mensyaratkan adanya bank sampah. Sementara, unit terkecil yang mereka nilai yakni lingkungan RW. Presiden Joko Widodo mencanangkan 24.000 kampung iklim pada 2024. Sementara tahun ini baru tercapai 12.000. Solo baru menyumbang dua tempat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif