Soloraya
Senin, 31 Juli 2023 - 17:51 WIB

Soal Fenomena Bediding di Klaten, Begini Penjelasan BMKG

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi suhu dingin atau bediding. (freepik.com)

Solopos.com, KLATEN — Fenomena cuaca ekstrem berupa udara dingin yang menusuk saat malam hingga pagi atau bediding belakangan dirasakan di wilayah Soloraya termasuk Klaten.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri, mengatakan fenomena itu lumrah terjadi saat memasuki musim kemarau.

Advertisement

Dia menjelaskan secara umum pada Juni, Juli, hingga Agustus, tekanan udara di Benua Australia lebih tinggi dibandingkan Benua Asia. Dalam hal ini Australia berada pada periode musim dingin.

Kondisi itu membuat angin berembus dari Australia ke Asia atau sering disebut muson Australia yang membuat udara jadi lebih dingin atau bediding seperti yang terasa di Klaten belakangan ini.

Advertisement

Kondisi itu membuat angin berembus dari Australia ke Asia atau sering disebut muson Australia yang membuat udara jadi lebih dingin atau bediding seperti yang terasa di Klaten belakangan ini.

“Angin yang berembus melewati Indonesia dan membawa massa udara yang sifatnya kering dan dingin,” kata Winda saat dihubungi Solopos.com, Senin (31/7/2023).

Ketika Muson Australia sudah mulai aktif, Winda mengatakan saat itu juga dimulainya periode musim kemarau di Indonesia terutama di Jawa. Massa udara yang berembus dari Australia bersifat kering dan dingin mengurangi potensi pertumbuhan awan di Indonesia.

Advertisement

“Sehingga terjadi penurunan suhu yang cukup signifikan ketika malam hingga menjelang pagi hari terutama suhu minimum tercapai sebelum matahari terbit sekitar pukul 04.00 WIB-06.00 WIB,” kata Winda mengenai fenomena bediding yang terasa di Klaten.

Menjaga Kondisi Badan

Winda mengatakan bediding terjadi saat musim kemarau antara Juni hingga Agustus. Soal suhu udara minimum beberapa waktu terakhir, Winda mengatakan berdasarkan data untuk suhu udara di Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang berkisar 21 derajat Celsius hingga 24 derajat Celsius.

Sementara untuk wilayah Bandara Adi Soemarmo secara umum suhu minimum berkisar 20 derajat Celsius hingga 22 derajat Celsius. “Sehingga untuk Soloraya lebih dingin dibandingkan wilayah Pantura,” kata Winda.

Advertisement

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mengingatkan warga akan kondisi cuaca ekstrem terutama perubahan suhu udara yang drastis dari panas ke dingin dan sebaliknya. Saat malam udara di Klaten terasa lebih dingin hingga menusuk tulang dikenal dengan fenomena bediding.

Saat siang, suhu udara panas dan malam sangat dingin. Bahkan di kawasan lereng Gunung Merapi suhu bisa turun sampai 16-17 derajat Celsius pada malam hari.

“Jangan sampai terlena. Di satu sisi terjadi proses dehidrasi, tetapi rasanya tidak dehidrasi [karena dingin] sehingga terlena untuk tidak minum,” kata Sekretaris Dinkes Klaten, Anggit Budiarto, saat ditemui Solopos.com di Pendapa Pemkab Klaten, Senin (31/7/2023).

Advertisement

Anggit menjelaskan kondisi tubuh yang kekurangan cairan bakal berdampak pada berbagai hal. Mulai dari badan mudah capai hingga daya tahan tubuh menurun, apalagi dengan kondisi cuaca dan perubahan suhu ekstrem di Klaten. “Kondisi ini bisa berdampak pada penyakit yang disebabkan virus seperti influenza,” jelas dia.

Anggit mengimbau warga untuk tetap menjaga cairan tubuh di saat suhu dingin dengan minum air mineral 3-6 liter per hari. Selain itu, warga diimbau tetap menjaga stamina dengan istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi seimbang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif