SOLOPOS.COM - Spanduk bertuliskan protes warga akan dampak polusi udara yang ditimbulkan terpasang di jalan Desa Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar pada Senin (28/8/2023). (Solopos.com/Indah S.W.)

Solopos.com, KARANGANYAR – Ratusan warga di Dusun Dingin, Desa Kemiri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, terdampak polusi udara dari abu pembakaran batu bara sebuah pabrik di wilayah setempat.

Selain perbaikan cerobong asap, warga menyebut pihak pabrik akan memberikan kompensasi bagi warga terdampak. Namun bentuk kompensasi ini masih belum final. Pihak pabrik dan warga belum ada titik temu untuk kompensasi tersebut. Warga berharap pihak manajemen pabrik bisa menyelesaikan persoalan polusi udara yang ditimbulkan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Harus ada solusi. Kami tidak ingin masalah ini terus terjadi dan dampaknya akan berakibat fatal bagi warga,” pinta warga setempat, Agus Supardi kepada Solopos.com, Senin (28/8/2023).

Sebelumnya diberitakan, warga mengeluhkan debu abu hingga batuk-batuk akibat polusi udara tersebut. Sebagai bentuk protes, warga memasang spanduk beragam tulisan di antaranya, “Kami Butuh Udara Segar Bukan Polusi, Polusi Bukan Bencana Polusi Itu Kejahatan, Jangan Matikan Kami dengan Debu Batu Bara, Selamat Datang Wisata Seribu Abu”. Spanduk tersebut dipasang tersebar di wilayah tersebut.

Agus Supardi mengatakan masalah limbah pabrik terutama polusi udara dari pembakaran batu bara sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Di dua tahun lalu, warga sudah mengeluhkan persoalan itu. Polusi udara ini, parahnya terjadi saat musim kemarau seperti sekarang.

“Sudah mediasi tahun lalu dan tahun ini. Tapi sampai saat ini belum ada perbaikan, bahkan semakin parah polusi yang ditimbulkan,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (28/8/2023).

Dia mengatakan polusi udara itu ditimbulkan dari pembakaran batu bara pabrik. Dampaknya berupa debu abu yang bertebaran ke rumah-rumah warga.

Selain itu, banyak warga yang mengeluhkan sakit batuk. Namun untuk memastikan dampak kesehatan ini, masih perlu dilakukan pengecekan oleh tim kesehatan. Dia mengatakan warga menyebut keluhaan batuk itu akibat polusi udara tersebut.

Warga kini tengah menanti janji dari pihak manajemen pabrik yang akan memperbaiki cerobong asap pembakarannya. Hal ini sesuai dengan hasil mediasi terakhir pada Juli lalu. “Kami memberikan waktu sampai Rabu (30/8/2023) besok. Kalau masih belum ada perubahan, maka kami akan melakukan aksi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya