Soloraya
Minggu, 7 April 2013 - 17:01 WIB

SOLAR LANGKA, Sopir Angkutan Umum Merugi

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

KLATEN – Kelangkaan solar bersubsidi membuat sopir angkutan umum yang menggunakan bahan bakar solar merugi. Hal ini karena waktu beroperasi menjadi terganggu dan berkurang. Apalagi tarif angkutan umum yang tidak naik juga mempengaruhi pendapatan.
Advertisement

Menurut salah satu sopir angkutan umum yang biasa mangkal di Subterminal Pengging, Yuli, 54, dalam sehari, waktunya terbuang antara satu jam hingga dua jam mengantri di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Yuli pun mengaku pendapatannya turun drastis. “Rata-rata dulu sehari bisa mendapat Rp200.000 tapi sekarang dapat Rp150.000 saja susah,” kata Yuli kepada Solopos.com, Minggu (7/4/2013).

Sepinya penumpang juga sangat mempengaruhi pendapatan sopir angkutan umum. Menurut Yuli, semua sopir angkutan umum yang bahan bakar menggunkanan solar mengeluh, seperti halnya Suranto, 48. Suranto mengungkapkan pendapatannya sangat minim. “Mencari Rp150.000 sangat susah. Padahal harus setoran Rp50.000 dan untuk membeli solar bersubsidi 15 liter senilai Rp67.500 total sudah Rp117.500. Jadi kalau hanya mendapat Rp120.000 sehari sama saja saya tidak dapat apa-apa,” tutur Suranto.

Kalau seperti itu, Suranto menuturkan dia harus menego kepada bosnya supaya uang setoran bisa berkurang. Untuk mengakali antri lama di SPBU, Suranto mengaku tidak bisa menyetok solar karena pendapatannya sangat terbatas.
“Kalau menyetok solar, nanti saya tidak dapat [penghasilan] apa-apa,” kata Suranto.

Advertisement

Kelangkaan solar bersubsidi juga berimbas pada jadwal angkutan umum. Salah satu penumpang angkutan umum, warga Glagahwangi, Polanharjo, Sriwati, 43, menuturkan dia harus menunggu angkutan umum selama satu jam. “Dulu [sebelum solar bersubsidi langka] paling lama setengah jam, saya menunggu [angkutan umum]. Tapi sekarang satu jam baru dapat [naik angkutan umum],” ujar Sriwati.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif